Sejak November lalu, kepengurusan PBSI 2004-2008 di bawah kepemimpinan Ketua Umum Sutiyoso telah berakhir. Dalam masa demisioner menuju kepengurusan Ketua Umum Djoko Santoso 2008-2012, stok dana menipis. Akibatnya kegiatan di pelatnas dan pengiriman pemain ke turnamen menjadi terbengkalai. Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut penuturan pemain senior Nova Widianto kepada Erwin Fitriansyah:
''Sejak masuk pelatnas pada 1999, baru sekarang saya mengalami kejadian seperti ini. Pemain dipulangkan, lalu belum ada kejelasan lagi dalam waktu yang cukup lama. Biasanya menjelang kejurnas kami dikembalikan ke klub asal, tapi setelah itu langsung kembali ke pelatnas.
Kondisi seperti sekarang terus terang membuat pemain kecewa. Seharusnya ada perencanaan yang matang sehingga situasi kehabisan dana dan kondisi yang penuh tanda tanya ini tak terjadi.
Pemain melihat apa yang dilakukan mantan Ketua Umum Sutiyoso sudah maksimal dalam menggalang dana selama masa kepengurusan. Bisa dibilang beliau sudah habis-habisan untuk mengumpulkan dana.
Kami juga tak bisa menyalahkan pengurus demisioner karena mereka tak bisa mengambil keputusan. Beberapa dari mereka masih peduli dengan kami, misalnya menyediakan kok untuk latihan.
Ketua umum terpilih Djoko Santoso pasti belum mengetahui permasalahan yang ada sekarang karena beliau orang baru dalam dunia bulutangkis. Seharusnya pengurus yang mendukung beliau memberikan masukan, bagaimana mengatasi problem yang sekarang tengah dihadapi dan harus diselesaikan segera.
Semua pemain saat ini juga tengah kelimpungan karena belum ada perjanjian baru antara PBSI dengan sponsor. Yang saya sesalkan dan pertanyakan, sekarang sudah akhir tahun dan akhir perjanjian dengan sponsor, tapi belum ada kesepakatan baru.
Pemain sekarang harus bertahan tanpa uang kontrak. Kalau yang berasal dari klub besar, mungkin bisa berharap mendapat uang saku dari klub. Tapi, bagaimana dengan pemain dari klub kecil? Bagaimana juga dengan nasib pemain junior atau pratama yang baru masuk? Belum apa-apa mereka sudah dihadapkan pada situasi yang membingungkan.
Pemain sekarang harus mengeluarkan biaya sendiri untuk kehidupan, latihan, serta keperluan bermain di turnamen tanpa ada kejelasan pemasukan dari kontrak. Ini tentu memberatkan buat pemain, apalagi jika berlangsung dalam waktu yang lama. Di sisi lain, kami juga punya tanggung jawab untuk terus berprestasi.
Masyarakat tidak semuanya tahu masalah yang dihadapi pemain. Masyarakat kebanyakan hanya tahu atlet berhasil jadi juara atau gagal.
Ke depan, saya dan pemain lain tentu berharap keadaan ini tidak terulang. Harus ada perencanaan yang lebih matang untuk satu masa kepengurusan. Contohnya soal pengiriman pemain. Pengurus harus lebih selektif karena mengirim pemain membutuhkan dana yang besar.
Berapa pun dana yang berhasil dikumpulkan dan dimiliki PBSI, tanpa ada perencanaan yang matang tentu akan habis.''
(Sumber: Bolanews.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar