13 Desember 2008

AKIBAT HABISNYA DANA PBSI BAGIAN 2

Sejak November lalu, kepengurusan PBSI 2004-2008 di bawah kepemimpinan Ketua Umum Sutiyoso telah berakhir. Dalam masa demisioner menuju kepengurusan Ketua Umum Djoko Santoso 2008-2012, stok dana menipis. Akibatnya kegiatan di pelatnas dan pengiriman pemain ke turnamen menjadi terbengkalai. Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut penuturan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Demisioner, Lius Pongoh kepada Erwin Fitriansyah:

''Status kepengurusan sekarang adalah demisioner. Sebetulnya status ini tidak mempengaruhi kerja. Pengurus tetap mengerjakan tugas dan menyiapkan laporan atau evaluasi untuk kepengurusan baru. Hanya, pengurus demisioner tidak bisa mengambil kebijakan, termasuk soal pengiriman pemain ke turnamen.

Hal ini erat kaitannya dengan kondisi keuangan PBSI. Tipisnya dana tersisa dari pengurusan lama mempengaruhi pelatnas.

Semua atlet harus dipulangkan dulu ke pengda. Setelah ada kepengurusan periode 2008-2012 baru akan ada pemanggilan lagi. Mereka memang masih bisa berlatih di pelatnas, tapi semua kebutuhan seperti makan atau peralatan latihan tidak ditanggung lagi oleh PBSI.

Soal tempat latihan bisa jadi permasalahan buat atlet yang klubnya berasal dari luar Jakarta. Mereka masih bisa menumpang latihan dengan rekannya, tapi mungkin bisa timbul rasa tidak enak.

Kendala lain adalah soal pengiriman. Sejak November, atlet yang ingin bermain di turnamen tidak lagi dibiayai karena dana PBSI habis. Konsekuensinya, uang hadiah yang didapat tidak akan dipotong. Semuanya menjadi hak atlet. Untuk Final Super Series di Malaysia, masih ada dana, tapi tidak untuk pelatih.

Bisa saja atlet membiayai keberangkatan pelatih. Tapi, belum tentu pelatih mau menjadi tanggungan pemain. Bulutangkis tidak seperti tenis profesional di mana pelatih menjadi tanggungan pemain dalam turnamen.

Untuk turnamen super series di awal 2009 atlet juga menghadapi situasi serupa. Sementara ini, mereka yang mendaftarkan diri menanggung sendiri semua biaya.

Itu pun mereka yang mendaftarkan diri belum tentu akan dipanggil lagi ke pelatnas. Pahit memang, tapi itulah kenyataannya.

Kondisi ini terjadi karena pemasukan dan pengeluaran yang tidak seimbang. PBSI hanya menerima dana segar di awal kepengurusan, saat diadakan penggalangan dana.

Sistem pelatnas cabang bulutangkis ini memang menyedot dana besar. Pemain berkumpul dan berlatih sepanjang tahun karena dalam setahun mereka bermain dalam rangkaian turnamen. Beda dengan cabang lain yang baru menjalani pelatnas ketika menghadapi event.

Tiap tahun minimal butuh sekitar Rp 10 miliar untuk pengiriman pemain. Padahal penggalangan dana biasanya hanya diadakan sekali saja, di awal masa kepengurusan.

Pemerintah memang memberikan bantuan saat ada event seperti pada persiapan Olimpiade atau Piala Thomas-Uber. Tapi, bantuan pemerintah ini juga tidak setiap tahun ada.

Ke depan, pekerjaan dan tantangan pengurus pasti lebih sulit. Perlu ada perencanaan yang lebih matang supaya keadaan ini tak terulang.''

(Sumber: Bolanews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar