29 November 2008

Senyum Greysia Bukan Senyum Monalisa

Oleh: Ira Ratnati

Penyelenggaraan Bank BRI Thomas dan Uber Cup 2008 yang berhasil digelar dengan sukses dari 11 hingga 18 Mei lalu di Istora-Senayan, Jakarta, memberikan kesan tersendiri bagi pecinta bulutangkis di Indonesia.

Dua kejutan besar terjadi di kubu Indonesia. Kejutan pertama adalah lolosnya tim Uber Indonesia ke pertandingan puncak yang digelar 17 Mei karena sebenarnya mereka hanya ditargetkan untuk bisa lolos hingga semi final.

Namun, kejutan kedua adalah kejutan yang tidak diharapkan seluruh masyarakat Indonesia yaitu gagalnya tim Thomas Indonesia untuk tampil di partai puncak setelah harus mengakui keunggulan Korea Selatan di semi final dan sekaligus menghapus harapan untuk mengembalikan piala Thomas ke pangkuan ibu pertiwi, juga gagal memenuhi target final yang dibebankan kepada mereka.

Keberhasilan tim Uber dalam melampaui target yang diberikan oleh PBSI secara tidak langsung menjawab keraguan akan kekuatan srikandi-srikandi kita, sekaligus mengobati kekecewaan masyarakat atas tim Thomas Indonesia. Salah satu srikandi yang paling bersinar dan dikenal adalah Greysia Polii, pemain ganda kedua Indonesia yang berpasangan dengan Jo Novita ini menarik perhatian begitu banyak orang yang setia menyaksikan perjuangan para srikandi dalam perebutan piala Uber lalu. Gadis yang lahir pada 11 Agustus 1987 ini tak segan menampilkan aksi-aksi spontan untuk membuat penonton yang hadir lebih semarak dalam memberikan semangat bagi pemain yang sedang berlaga.

Tidak seperti kebanyakan atlet bulutangkis lain yang kadang terlihat canggung di depan kamera, Greys, begitu dia disapa, terlihat begitu atraktif dan komunikatif. Senyum yang selalu menghiasi wajahnya tak pernah lepas sekalipun dari wajah cantiknya. Pada laga final piala Uber lalu, terlihat Greys memasuki lapangan dengan berjubah bendera merah putih, dan topi ala viking yang berwarna senada, jauh berbeda dengan anggota tim lain yang menggunakan seragam tim. Dengan tersenyum bangga, saat namanya disebutkan oleh announcer, dia mengepalkan tangan di udara pertanda kemenangan dan pembuktian bahwa srikandi Indonesia telah bangkit dan masih patut diperhitungkan lawan.

Walaupun pada akhirnya Grace dan Jo yang ditempatkan di ganda kedua atau partai ke empat pada laga final tidak dapat tampil karena Indonesia ditekuk China 3-0, setelah Maria Kristin gagal mengatasi tunggal nomor
satu dunia Xie Xin Fang, ganda pertama Vita Marissa/ Lilyana Natsir yang harus mengakui keunggulan Zhang Wei/ Zhang Jie Wen melalui pertarungan ketat tiga set dan tunggal kedua Adriyanti Firdasari yang juga gagal mengalahkan Lu Lan di partai ketiga namun hal ini tidak menjadikan Greys kehilangan senyumnya. Dia tetap tersenyum, dia tetap menyemangati rekannya, sepanjang pertandingan dia dengan gaya khasnya terus mengibarkan bendera serta ikut meneriakan yel-yel khas suporter Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain, serta aksi-aksi simpatik lain yang dia tampilkan menarik simpati dan perhatian begitu banyak orang.

Senyumannya tidak seperti senyum Monalisa yang misterius, yang hanya terlihat tersenyum jika kita hanya melihat sekilas tapi kemudian Monalisa tidak akan tersenyum jika kita melihat langsung kedalam lukisan mahakarya Leonardo Da Vinci tersebut, senyum Greys adalah senyum tulus yang memberikan semangat, senyum yang bisa memberikan inspirasi dan senyum yang akan selalu terlihat dari perspektif manapun anda melihatnya, itulah senyum Greysia bukan senyum Monalisa.

Ira Ratnati, Jurnalis Masyarakat Bulutangkis Indonesia (MBI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar