KORAN TEMPO
Atlet gaul
"Cepetan dong, gue malu nih," sebuah suara perempuan terdengar
melengking di kompleks asrama pelatnas (pelatihan atlet nasional) PBSI
(Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) Cipayung, Jakarta Timur.
Dengan mata agak disipitkan, dahi berkerut, dan bibir agak cemberut,
dia terus berjalan sambil menenteng sepatu dan tas berisi raket. Sang
fotografer seakan tak peduli akan teriakan itu dan terus saja
menjepretkan kameranya.
"Senyum, dong," celetuk sang fotografer. "Ya Allah, senyum terus kayak
orang gila," timpal perempuan berkulit putih ini sembari terus
berjalan dengan langkah tegap bak tentara sedang berbaris.
Penampilannya memang jauh dari sosok yang akrab dengan kamera. Maklum,
ia memang bukan fotomodel. Yang ini, namanya Liliyana Natsir, salah
satu pemain bulu tangkis terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini.
Agustus lalu, cewek yang akrab disapa Butet ini berhasil mencatat
sejarah besar dalam dunia bulu tangkis Indonesia. Bersama seniornya,
Nova Widianto, ia berhasil menggondol gelar juara dunia ganda campuran
dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Perseorangan di Amerika Serikat,
dengan mengalahkan pasangan China Xie Zhongbo/Zang Yawen.
Sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Bagaimana tidak. Butet dan
Nova sukses membawa kembali gelar juara dunia ganda campuran setelah
25 tahun melayang dari Indonesia. "Saya nggak menyangka bisa meraih
prestasi ini," ungkap dara kelahiran Manado, 9 September 1985, ini.
Butet mengaku masih tak percaya kalau kini ia termasuk di jajaran
pemain bulu tangkis papan atas. Soalnya, cewek yang rambutnya di-
highlight ini belum genap setahun berkiprah di dunia ganda campuran.
Walaupun sebelumnya ia memang pernah menyabet juara ganda campuran dan
tunggal putri nasional.
Uang dan nama besar telah diraihnya. Tak silau dengan semua itu, gadis
yang mengaku belum punya pacar ini berusaha keras menjaga agar
penampilannya tetap prima. "Jangan sampai prestasi ini membuat saya
terlena," kata cewek tomboi itu.
Menurut dia, prestasi yang dicapai tak lepas dari perjuangan yang
dilakoni sejak kecil. Begitu lulus sekolah dasar, bungsu dari dua
bersaudara ini memutuskan untuk masuk klub di Jakarta dan berpisah
dengan keluarganya di Manado. "Setiap hari kerjaan-nya nangis melulu,
inget keluarga," ujarnya mengenang masa lalu.
Kini dia tengah mempersiapkan diri guna menghadapi Kejuaraan Indonesia
Terbuka. Walaupun berlatih keras setiap hari, Butet tak lupa
melewatkan hari liburnya dengan berjalan-jalan dan bermain biliar
bersama rekan-rekannya seasrama. "Atlet juga butuh hiburan," kata
Butet sambil tertawa keras. DA CANDRANINGRUM
koran tempo 11 September 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar