29 November 2008

Maria Kristin Yuluanti, From Zero To Hero

'Jawab tantangan dengan dukungan!''

Itu adalah kata-kata Maria Kristin, dalam salah satu iklan Djarum Badminton Indonesia Open Super Series. Dan dia tak hanya fasih mengatakannya, namun juga telah berhasil membuktikannya, dengan menembus babak final Djarum Badminton Indonesia Open Super Series untuk pertama kalinya.

Selepas perhelatan akbar Uber Cup bulan Mei lalu, memang para punggawa srikandi pelatnas Cipayung dituntut untuk membuktikan konsistensi penampilan apik mereka. Tak heran, pada Indonesia Open kali ini, semua mata tertuju pada mereka. Pia dan Nana bertemu di babak kualifikasi akibat drawing yang kurang menguntungkan, sehingga mau tidak mau mereka harus saling mengalahkan. Pia memenangkan duel yang berlangsung hampir imbang hingga rubber set itu.

Drawing yang tidak menguntungkan kembali ditemui punggawa tunggal putri saat babak pertama, Pia sudah harus bertatap muka di lapangan dengan Maria. Kali ini Maria yang berhasil melaju ke babak berikutnya. Lalu, mudahlan jalan Maria setelah itu? Jawabannya, tidak! Tunggal utama Belanda, Yao Jie, yang tidak memperkuat Belanda pada Uber Cup lalu menjadi tantangan selanjutnya bagi Maria. Berhasil mengungguli Yao Jie, ada ratu bulutangkis lain yang menjadi tantangan berikutnya, yaitu Zhou Mi, asal Hongkong. Mampu mengalahkan Zhou Mi, Maria belum menghentikannya keganasannya di kandang sendiri. Kali ini korban berikutnya adalah Zhang Ning. Salah satu tunggal putri terbaik China yang masih mampu mempertahankan konsistensinya walaupun telah berumur 33 tahun.

Mampu selalu unggul di set-set awal, Maria selalu kehilangan konsentrasi hingga perolehan poinnya selalu mampu dikejar dan diungguli Zhang Ning. Bahkan seharusnya Maria mampu menutaskan pertandingan dengan straight set jika saja ia tidak terburu-buru pada kedudukan poin-poin kritis 20-19.

Namun, saya tidak ingin berbicara soal angka sekarang. Ada faktor lain yang membuat kemenangan Maria atas Zhang Ning di semifinal dan atas lawan-lawan sebelumnya yang memiliki peringkat jauh diatas Maria, memiliki makna yang begitu berbeda. Yaitu, timbulnya semangat baru dan kepercayaan diri baru dalam diri Maria, yang selama ini tidak pernah dia tunjukkan sebelumnya.

Semua orang pasti setuju, jika saya mengatakan bahwa Maria merupakan pemain yang unik. Salah satu keunikannya adalah, wajahnya yang hampir tanpa ekspresi saat pertandingan, baik saat ia menang ataupun kalah. Ekspresinya selalu datar dan khas.

Selama ini, ekspresi unik Maria tersebut tidak didukung dengan kepercayaan diri, sehingga yang tertangkap mata orang awam adalah istilah jawanya ¡klemar-klemer¢ . Namun setelah Uber Cup lalu, yang dipercaya sebagai keajaiban titik balik prestasi srikandi kita, Maria menjadi seorang yang sama sekali berbeda. Berbeda? Ya, kini ekspresi itu berubah menjadi ekspresi seorang juara yang yakin akan kemampuan dirinya.

Ketenangan dan wajah cool nya dilapangan, terkadang membuat lawan frustasi. Tengok saja pertandingan terakhir Maria melawan Zhu Lin. Meskipun akhirnya Maria tak mampu membendung Zhu Lin di akhir-akhir poin rubber set, namun ketenangan Maria sedikit banyak mempengaruhi emosi Zhu Lin juga.

Sepanjang pertandingan, Zhu Lin terlihat murung dan nyaris tanpa senyum. Senyumnya baru muncul ketika ia sudah berada di podium jawara. Berbanding terbalik dengan Maria yang selalu menyikapi poin demi poin dengan ketenangan luar biasa. Bahkan, meskipun terlihat sama-sama lelah, Maria tidak berusaha mengulur-ulur waktu pertandingan, seperti yang dilakukan Zhu Lin sehingga wasit menghadiahinya dengan kartu kuning.

Ya, kematangan emosi. Itulah yang saya tangkap dari aura bertanding Maria Kristin. Berbekal ketenangan, mental juara, dan kepercayaan diri bahwa tiada lawan yang tak bisa dikalahkan telah mengantarkan Maria Kristin ke babak Final Indonesia Open dengan hebatnya. Itulah Maria Kristin, gadis yang setahun lalu hanya dikenal segelintir pencinta bulutangkis, kini menjelma menjadi bintang tumpuan Indonesia serta pahlawan masa depan. Dia berhasil menumbangkan tiga raksasa China, yang kini membela tiga negara berbeda, selama tiga hari berturut-turut. Dan Maria telah mampu memberikan kado terindah bagi dirinya sendiri yang tepat akan berusia 23 tahun pada 25 Juni nanti. Selamat menjadi runner-up Indonesia open, dan selamat ulang tahun, Maria.

Indonesia bangga padamu!

(badminton-indonesia@yahoogroups.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar