10 November 2008
Maria Kristin Yulianti si anak desa
Tuban- Siapa menyangka, seorang perempuan asal desa terpencil di pinggiran Kabupaten Tuban bisa menjadi tenar dan membanggakan bangsa Indonesia.
Itulah yang terlihat dari sosok Maria Kristin Yulianti (23), penghuni pelatnas Cipayung kelahiran Desa Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.
Desa tempat kelahiran Maria, begitu ia biasa dipanggil dilingkungan keluarganya, jauh dari keramaian kota. Itu wajar. Sebab, jarak yang harus ditempuh untuk sampai di desa maria dari Kabupaten Tuban, kurang lebih 50 sampai 60 kilometer.
Itupun harus dilalui dengan jalan berkelok-kelok dan sempit. Namun, baik roda dua maupun empat akan dengan mudah bisa menjangkaunya, karena kondisi jalan beraspal hotmik khas Tuban siap mengantarkannya.
Sebenarnya, jarak yang paling dekat untuk menjangkaunya adalah dari Kota Bojonegoro. Sebab, hanya kurang lebih 20-25 km saja atau sekitar 20 menit perjalanan akan bisa sampai ke rumah berlantai dua di tepian jalan poros kecamatan, antara Kecamatan Parengan dan Senori.
Beritajatim.com yang sempat singgah ke rumahnya sempat menggelengkan kepala. Sebab, dari desa terpencil itulah muncul atlet bulu tangkis nasional yang mulai ditakuti di kancah Internasional.
Jumat (15/8/2008) sore itu, suasana cerah nampak jelas memayungi sekitar Kecamatan Parengan dan Senori. Tak nampak akan turun hujan, seperti sehari sebelumnya.
Hamparan area pesawahan langsung menyambut, saat memasuki Kecamatan Parengan yang memang berbatasan dengan tempat tinggal Maria.
Warga yang ramah pun langsung menyambut, ketika beritajatim.com menanyakan rumah Maria, yang dikalangan warga setempat sangat terkenal. "Ya, mungkin 10 km lagi dari pertigaan Brangkal ini," tegas salah seorang abang ojek kepada beritajatim.com.
Tak lama kemudian, beritajataim.com sampai dirumah bercat putih dengan dikelilingi pagar besi bercat hijau muda setinggi orang dewasa. Nampak bagian sebelah kanan rumah Maria berlantai dua dan belum selesai dibangun.
Rumah tersebut nampak asri, dengan seekor anjing berwarna cokelat yang terus mengawasi siapa saja yang masuk, tak terkecuali beritajatim.com yang berada di luar pagar.
Tidak begitu lama, seorang laki-kai berumur sekitar 45 tahun menyapa ramah dari balik pintu berwarna utama cokelat.
Pria tersebut tak lain adalah bapak dari Maria Kristin Yulianti yang bernama Yuli Purnomo. Tanpa basa-basi, ia langsung mempersilahkan beritajatim.com masuk ke rumahnya yang asri tersebut.
Di ruang tamu berukurang kurang lebih 2×3,5 meter tersebut, dengan santai Pak Yuli, begitu ia biasa disapa warga, bercerita tentang masa kecil Maria yang sulit.
Sebab, Maria hidup di lingkungan keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan mengandalkan gaji seorang PNS, Yuli dengan sekuat tenaga membesarkan Maria bersama sang istri yang bernama Herbiyanti (42).
Saat mengandung Maria, Yuli yang ditempatkan sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di wilayah Senori, mengaku sangat ingin anaknya yang lahir kelak menjadi pebulu tangkis. Sebab, ia selama ini sangat gemar dengan olah raga teplok bulu tersebut.
Sehingga sangat wajar, kalau ia mempunyai persatuan bulu tangkis (PB) Kumala yang dilatih sendiri di Desa Sembung, Kecamatan Singgahan.
Saat masih bayi, atau sekitar berumur 3 Tahun, Yuli telah mengenalkan bulu tangkis kepada anak pertamanya itu. Walaupun perempuan, ia ingin Maria nanti menjadi perempuan yang tangguh dan mandiri.
Dengan peralatan seadanya, ia dengan sabar melatih dan mengenalkan olah raga yang kurang familier di desa setempat kepada sang buah hati.
Dengan cara mengajak Maria ke tempat latihan, yakni di lapangan gedung KUD Sembung, Yuli mengajari Maria tanpa ada kata mengeluh. Akhirnya, usahanya mulai berhasil dan Maria lambat laun cinta pada olah raga teplok bulu.[bersambung/dul/kun]
Kerja keras pasangan Yuli Purnomo (45) dan Herbiyanti (42) untuk menjadikan Maria Kristin Yulianti sebagai pebulu tangkis hebat mulai kelihatan.
Tepatnya saat kelas 3 di SDN Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Maria, begitu altet nasional itu biasa dipanggil, berhasil menyabet juara satu olah raga bulu tangkis perorangan putri diajang Porseni Se Kabupaten Tuban.
Melihat potensi Maria mulai kelihatan, Yuli dengan segenap kemampuannya berspekulasi menyekolahkan Maria ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, untuk menimba ilmu sekaligus memperdalam ilmu bulu tangkisnya.
Hingga lulus SD, Maria tinggal di Jember dan melanjutkan Sekolah Tingkat Pertama (SMP) di tempat itu juga. Namun, menjelang kelas II SMP, Yuli kembali berspekulasi memindah Maria ke SMP Kudus.
Disana, Yuli mendaftarkan Maria ke sekolah bulu tangkis milik perusahaan rokok, yakni PB Djarum. Ternyata, prestasi Maria makin terasah dan bertambah mengkilat di sekolah yang berada di Jawa Tengah tersebut.
Lambat laun, usia Maria bertambah matang dan ia dilirik oleh pelatnas Cipayung saat masuk final di salah satu pertandingan resmi yang digelar secara nasional.
"Kami lupa, pertandingan apa. Yang pasti, Maria saat itu menembus final perorangan puteri," kata Yuli sambil tersenyum ramah.
Pasca final tersebut, Maria langsung direkrut masuk pelatnas Cipuyung dan melanjutkan sekolah di SMA Ragunan. Kehidupan Maria juga mulai berubah dan ia semakin giat berlatih untuk menunjukkan jati dirinya.
Awal masuk pelatnas, prestasi Maria di tunggal wanita belum nampak, karena masih banyak atlet bulu tangkis wanita yang lebih senior. Namun, Maria tidak pernah putus asa dan terus didorong untuk berlatih serius.
Prestasinya mulai nampak, saat ia dipercaya untuk membela merah mutih diarena super series di beberapa negara. Ia nampak mulai matang dan beberapa kali masuk ke semifinal. Namun, prestasi mengkilap belum juga nampak.
"Pesan kami kepada Maria, ia pokoknya harus lebih giat berlatih," terang Yuli yang mengaku asli dari Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban tersebut.
Akhirnya, yang ditunggu-tunggu muncul juga. Maria dengan perkasa mulai menerobos dominasi pebulu tangkis tunggal wanita China (Tiongkok).
Bahkan, mantan juara dunia yang sekaligus peraih emas Olympiade Athena 2004, Zhang Ning berhasil ia kalahkan pada pertandingan Indonesia Open.
Prestasi Maria terus berlanjut, yakni saat membantu beregu puteri merah putih lolos di partai puncak Uber Cup 2008, sebelum dikandaskan oleh negeri tirai bambu.
"Sejak itulah, Maria menemukan kepercayaan dirinya dan prestasinya bertambah mengkilap. Namun, kami meminta Maria jangan cepat puas diri," lanjut Yuli.
Decak kagum kembali harus dialamatkan kepada Maria saat berhasil menembus semifinal Olympiade Beijing, China. Dan memecahkan penantian panjang tunggal puteri Indonesia, untuk berbicara banyak di event multi tersebut.
Namun, kali ini langkah hebat Maria harus terhenti oleh keperkasaan tunggal gaek tuan rumah, Zhang Ning dengan skor 21-15 dan 21-15.
"Kami sudah cukup puas dengan prestasi Maria, walaupun tidak bisa menembus partai puncak," kenangnya sambil matanya berkaca-kaca.
Mengkilapnya prestasi Maria belakangan ini juga mulai diikuti jejak sang adik, Krisnatan Yulianto yang saat ini membela club PB Suryanaga Surabaya.
Tidak hanya itu saja, adik Maria yang paling kecil, Mahdatalia Yulianti, yang saat ini baru berusia 3,5 tahun, juga sangat menginginkan menjadi pebulu tangkis seperti sangkakak.
Tuban – Kalem dan pendiam. Itulah kesan pertama kali yang didapat seseorang saat melihat Maria Kristin Yulianti, pebulu tangkis nasional yang asli Kabupaten Tuban.
Memang benar, sejak kecil Maria, begitu ia biasa dipanggil, memilik sifat yang mengekor pada ibunya, Herbiyanti (42). Maria memiliki tekad yang kuat, namun juga berwatak keras dan bertingkah laku pendiam.
Kepada beritajatim.com, ayah Maria yang bernama Yuli Purnomo (45) menceritakan banyak mengenai sifat anaknya tersebut.
"Maria tidak pernah manja, namun kalau wataknya sedikit keras memang iya," kata Yuli dengan penuh keyakinan.
Watak bawaan sejak lahir itulah yang hingga kini masih tetap terpatri dalam diri Maria, walaupun ia sudah berada di pelatnas Cipayung. Sehingga, ketika orang tidak bisa menyelami Maria secara utuh, maka akan kebingungan.
Yuli mencontohkan, saat awal mula mengenal olah raga teplok bulu tersebut, Maria sempat keranjingan ingin terus memegang raket. Sampai-sampai akan tidurpun ia selalu membawanya dan ketika dipisahkan, ia akan marah. "Itu salah satu contoh tekad bulat yang dimiliki Maria," terangnya.
Saat latihan pun, terkadang sifatnya yang lain, yakni bertanggungjawab dan memegang amanah, juga muncul. Seperti saat pelajaran fisik, tanpa dihitung pun ia akan mengelilingi lapangan sesuai dengan perjanjian atau ucapan yang dikatakannya.
"Kalau mengitari 10 kali, maka ia akan melakukannya. Bisa-bisa akan lebih banyak dari yang disuruh. Itulah bukti tanggungjawab maria," sambungnya.
Bahkan, karena sifatnya yang pendiam dan sedikit tertutup, Yuli mengaku sempat dimintai masukan oleh pelatihnya yang berada di pelatnas. Karena, pernah Maria tidak bersedia latihan tanpa ada alasan yang jelas.
Sehingga, pelatih fisik pelatnas Cipayung kebingungan yang melihat Maria langsung meninggalkan tempat latihan ke kamarnya saat diminta melakukan pemanasan.
Usut punya usut, ternyata Maria mengaku kakinya sedang sakit dan terasa ngilu saat dibuat lari. Sehingga, pelatih baru menyadari kalau Maria perlu istirahat.
"Memang, kalau tidak ditanya, maka Maria akan sulit berbicara banyak," sambungnya.
Kondisi seperti itulah yang terkadang mempengaruhi permainan Maria di lapangan beberapa tahun lalu. Namun, sejak dipegang pelatih Hendrawan dan saat ini Marlev Mainaki, watak Maria mulai diketahui pelatih.
Sehingga, ketika ada apa-apa, pelatih akan langsung mendekati Maria untuk memberikan motifasi atau sekadar menanyakan apa yang terjadi. "Pernah lho setelah mengalahkan Zhang Ning, Maria kalah dengan pebulu tangkis non unggulan asal Bulgaria karena gara-gara sakit gigi," tambah pria yang setiap hari bertugas sebagai PNS di PPL Senori itu.
Disamping wataknya seperti itu, Maria sangat royal kepada siapa saja, khususnya ke keluarga. Seperti beberapa waktu lalu setelah Sea Games, hasil uang yang didapatkan ia berikan untuk merenovasi rumah yang baru jadi disamping.
"Selain ke keluarga, Maria tidak pernah perhitungan dengan teman atau family lainnya," lanjutnya.
Ada rutinitas tersendiri di keluarga pasangan Yuli Purnomo (45) dan Herbiyanti (42) warga Desa Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.
Yakni melihat anak puteri pertamanya, Maria Kristin Yulianti, yang tak lain adalah altet bulu tangkis tunggal wanita kebanggaan Indonesia, ketika bermain di tiap turnamen yang diikutinya.
Walaupun hanya di layat televisi, keluarga Yuli tidak pernah melewatkan pertandingan yang melibatkan Maria Kristin.
Seperti saat Maria, begitu atlet berparas manis itu dipanggil, berlaga di Olympiade Beijing, China. Saat melawan Zhang Ning di babak semifinal, Jumat (15/8/2008), Yuli bersama istrinya bermandi keringat di depan televisi.
Ia bersama keluarga dan beberapa teman Maria yang menyaksikan langsung di rumah kediaman mereka, awalnya tidak menyangka kalau pertandingannya siang hari.
Sebab, salah satu televisi yang menyiarkan olympiade sebelumnya menayangkan pidato kepresidenan memperingati HUT RI Ke-63.
Namun, saat selesai acara rapat paripurna di gedung DPRRI tersebut, pertandingan live Maria melawan jago gaek tuan rumah, Zhang Ning langsung dihelat.
Akhirnya, kebiasaan makan sebelum menyaksikan pertandingan Maria tidak dilakukan. Hal itulah yang membuat seluruh keluarga akan sulit menelan nasi atau makanan lain, setelah Maria bertanding.
Hal itu terbukti, disela-sela pertandingan berlangsung dan Maria tertinggal dari Zhang Ning, spot jantung terjadi dihampir seluruh ruangan. Walaupun perut terasa melilit, namun keluarga juga belum bisa makan sedikit pun.
"Hal itu biasa terjadi saat Maria bertanding. Walaupun menang, kami serasa tidak bisa menelan nasi atau makanan lain," tegas Yuli kepada beritajatim.com, yang ikut nonton bareng di rumah Maria.
Nonton bareng tersebut nampak serasa lebih emosional dibandingkan dengan nonton bareng yang lain. Sebab, dengan sepenuh hati keluarga Maria memberikan support dan mencurahkan semua doa, hanya demi kemenangan Maria.
Tetapi, akhirnya perjuangan Maria terhenti di perhelatan Olympiade Beijing dengan manis, walaupun takluk dari Zhang Ning.
Seperti biasa, adat kesulitan untuk mengisi perut yang keroncongan lagi-lagi harus diderita oleh keluarga Yuli. Bahkan, hingga menjelang mata hari terbenam, tanda hari akan beranjak malam, mereka juga mengaku belum makan sedari siang.
"Kami masih terharu dengan perjuangan Maria yang tak kenal lelah," tegas ibunda Maria sambil mengusap air matanya yang mulai meleleh.
Walaupun begitu, kondisi tersebut akan kembali normal jika suasana mulai mereda. Mereka juga akan langsung mengisi perut yang sejak pukul 12.00 WIB belum terisi sedikitpun makanan. [dul/kun]
Sabtu, 16/08/2008 13:30WIB
sumber:http://www.beritajatim.com/?url=http://ww w.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/08/tgl/16/ idnews/f4f9e0871b6e148df95ce5c04ade3200&newsid=4846 3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
maju terus maria kami mendukung mu dari kami pengemar mu ARTUPEDE :>arek tuban pelosok desa
BalasHapusMaria jangan lupa kampung desamu......
Hapus