Oleh: Ira Ratnati
Penyelenggaraan Bank BRI Thomas dan Uber Cup 2008 yang berhasil digelar dengan sukses dari 11 hingga 18 Mei lalu di Istora-Senayan, Jakarta, memberikan kesan tersendiri bagi pecinta bulutangkis di Indonesia.
Dua kejutan besar terjadi di kubu Indonesia. Kejutan pertama adalah lolosnya tim Uber Indonesia ke pertandingan puncak yang digelar 17 Mei karena sebenarnya mereka hanya ditargetkan untuk bisa lolos hingga semi final.
Namun, kejutan kedua adalah kejutan yang tidak diharapkan seluruh masyarakat Indonesia yaitu gagalnya tim Thomas Indonesia untuk tampil di partai puncak setelah harus mengakui keunggulan Korea Selatan di semi final dan sekaligus menghapus harapan untuk mengembalikan piala Thomas ke pangkuan ibu pertiwi, juga gagal memenuhi target final yang dibebankan kepada mereka.
Keberhasilan tim Uber dalam melampaui target yang diberikan oleh PBSI secara tidak langsung menjawab keraguan akan kekuatan srikandi-srikandi kita, sekaligus mengobati kekecewaan masyarakat atas tim Thomas Indonesia. Salah satu srikandi yang paling bersinar dan dikenal adalah Greysia Polii, pemain ganda kedua Indonesia yang berpasangan dengan Jo Novita ini menarik perhatian begitu banyak orang yang setia menyaksikan perjuangan para srikandi dalam perebutan piala Uber lalu. Gadis yang lahir pada 11 Agustus 1987 ini tak segan menampilkan aksi-aksi spontan untuk membuat penonton yang hadir lebih semarak dalam memberikan semangat bagi pemain yang sedang berlaga.
Tidak seperti kebanyakan atlet bulutangkis lain yang kadang terlihat canggung di depan kamera, Greys, begitu dia disapa, terlihat begitu atraktif dan komunikatif. Senyum yang selalu menghiasi wajahnya tak pernah lepas sekalipun dari wajah cantiknya. Pada laga final piala Uber lalu, terlihat Greys memasuki lapangan dengan berjubah bendera merah putih, dan topi ala viking yang berwarna senada, jauh berbeda dengan anggota tim lain yang menggunakan seragam tim. Dengan tersenyum bangga, saat namanya disebutkan oleh announcer, dia mengepalkan tangan di udara pertanda kemenangan dan pembuktian bahwa srikandi Indonesia telah bangkit dan masih patut diperhitungkan lawan.
Walaupun pada akhirnya Grace dan Jo yang ditempatkan di ganda kedua atau partai ke empat pada laga final tidak dapat tampil karena Indonesia ditekuk China 3-0, setelah Maria Kristin gagal mengatasi tunggal nomor
satu dunia Xie Xin Fang, ganda pertama Vita Marissa/ Lilyana Natsir yang harus mengakui keunggulan Zhang Wei/ Zhang Jie Wen melalui pertarungan ketat tiga set dan tunggal kedua Adriyanti Firdasari yang juga gagal mengalahkan Lu Lan di partai ketiga namun hal ini tidak menjadikan Greys kehilangan senyumnya. Dia tetap tersenyum, dia tetap menyemangati rekannya, sepanjang pertandingan dia dengan gaya khasnya terus mengibarkan bendera serta ikut meneriakan yel-yel khas suporter Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain, serta aksi-aksi simpatik lain yang dia tampilkan menarik simpati dan perhatian begitu banyak orang.
Senyumannya tidak seperti senyum Monalisa yang misterius, yang hanya terlihat tersenyum jika kita hanya melihat sekilas tapi kemudian Monalisa tidak akan tersenyum jika kita melihat langsung kedalam lukisan mahakarya Leonardo Da Vinci tersebut, senyum Greys adalah senyum tulus yang memberikan semangat, senyum yang bisa memberikan inspirasi dan senyum yang akan selalu terlihat dari perspektif manapun anda melihatnya, itulah senyum Greysia bukan senyum Monalisa.
Ira Ratnati, Jurnalis Masyarakat Bulutangkis Indonesia (MBI)
29 November 2008
Maria Kristin Yuluanti, From Zero To Hero
'Jawab tantangan dengan dukungan!''
Itu adalah kata-kata Maria Kristin, dalam salah satu iklan Djarum Badminton Indonesia Open Super Series. Dan dia tak hanya fasih mengatakannya, namun juga telah berhasil membuktikannya, dengan menembus babak final Djarum Badminton Indonesia Open Super Series untuk pertama kalinya.
Selepas perhelatan akbar Uber Cup bulan Mei lalu, memang para punggawa srikandi pelatnas Cipayung dituntut untuk membuktikan konsistensi penampilan apik mereka. Tak heran, pada Indonesia Open kali ini, semua mata tertuju pada mereka. Pia dan Nana bertemu di babak kualifikasi akibat drawing yang kurang menguntungkan, sehingga mau tidak mau mereka harus saling mengalahkan. Pia memenangkan duel yang berlangsung hampir imbang hingga rubber set itu.
Drawing yang tidak menguntungkan kembali ditemui punggawa tunggal putri saat babak pertama, Pia sudah harus bertatap muka di lapangan dengan Maria. Kali ini Maria yang berhasil melaju ke babak berikutnya. Lalu, mudahlan jalan Maria setelah itu? Jawabannya, tidak! Tunggal utama Belanda, Yao Jie, yang tidak memperkuat Belanda pada Uber Cup lalu menjadi tantangan selanjutnya bagi Maria. Berhasil mengungguli Yao Jie, ada ratu bulutangkis lain yang menjadi tantangan berikutnya, yaitu Zhou Mi, asal Hongkong. Mampu mengalahkan Zhou Mi, Maria belum menghentikannya keganasannya di kandang sendiri. Kali ini korban berikutnya adalah Zhang Ning. Salah satu tunggal putri terbaik China yang masih mampu mempertahankan konsistensinya walaupun telah berumur 33 tahun.
Mampu selalu unggul di set-set awal, Maria selalu kehilangan konsentrasi hingga perolehan poinnya selalu mampu dikejar dan diungguli Zhang Ning. Bahkan seharusnya Maria mampu menutaskan pertandingan dengan straight set jika saja ia tidak terburu-buru pada kedudukan poin-poin kritis 20-19.
Namun, saya tidak ingin berbicara soal angka sekarang. Ada faktor lain yang membuat kemenangan Maria atas Zhang Ning di semifinal dan atas lawan-lawan sebelumnya yang memiliki peringkat jauh diatas Maria, memiliki makna yang begitu berbeda. Yaitu, timbulnya semangat baru dan kepercayaan diri baru dalam diri Maria, yang selama ini tidak pernah dia tunjukkan sebelumnya.
Semua orang pasti setuju, jika saya mengatakan bahwa Maria merupakan pemain yang unik. Salah satu keunikannya adalah, wajahnya yang hampir tanpa ekspresi saat pertandingan, baik saat ia menang ataupun kalah. Ekspresinya selalu datar dan khas.
Selama ini, ekspresi unik Maria tersebut tidak didukung dengan kepercayaan diri, sehingga yang tertangkap mata orang awam adalah istilah jawanya ¡klemar-klemer¢ . Namun setelah Uber Cup lalu, yang dipercaya sebagai keajaiban titik balik prestasi srikandi kita, Maria menjadi seorang yang sama sekali berbeda. Berbeda? Ya, kini ekspresi itu berubah menjadi ekspresi seorang juara yang yakin akan kemampuan dirinya.
Ketenangan dan wajah cool nya dilapangan, terkadang membuat lawan frustasi. Tengok saja pertandingan terakhir Maria melawan Zhu Lin. Meskipun akhirnya Maria tak mampu membendung Zhu Lin di akhir-akhir poin rubber set, namun ketenangan Maria sedikit banyak mempengaruhi emosi Zhu Lin juga.
Sepanjang pertandingan, Zhu Lin terlihat murung dan nyaris tanpa senyum. Senyumnya baru muncul ketika ia sudah berada di podium jawara. Berbanding terbalik dengan Maria yang selalu menyikapi poin demi poin dengan ketenangan luar biasa. Bahkan, meskipun terlihat sama-sama lelah, Maria tidak berusaha mengulur-ulur waktu pertandingan, seperti yang dilakukan Zhu Lin sehingga wasit menghadiahinya dengan kartu kuning.
Ya, kematangan emosi. Itulah yang saya tangkap dari aura bertanding Maria Kristin. Berbekal ketenangan, mental juara, dan kepercayaan diri bahwa tiada lawan yang tak bisa dikalahkan telah mengantarkan Maria Kristin ke babak Final Indonesia Open dengan hebatnya. Itulah Maria Kristin, gadis yang setahun lalu hanya dikenal segelintir pencinta bulutangkis, kini menjelma menjadi bintang tumpuan Indonesia serta pahlawan masa depan. Dia berhasil menumbangkan tiga raksasa China, yang kini membela tiga negara berbeda, selama tiga hari berturut-turut. Dan Maria telah mampu memberikan kado terindah bagi dirinya sendiri yang tepat akan berusia 23 tahun pada 25 Juni nanti. Selamat menjadi runner-up Indonesia open, dan selamat ulang tahun, Maria.
Indonesia bangga padamu!
(badminton-indonesia@yahoogroups.com)
Itu adalah kata-kata Maria Kristin, dalam salah satu iklan Djarum Badminton Indonesia Open Super Series. Dan dia tak hanya fasih mengatakannya, namun juga telah berhasil membuktikannya, dengan menembus babak final Djarum Badminton Indonesia Open Super Series untuk pertama kalinya.
Selepas perhelatan akbar Uber Cup bulan Mei lalu, memang para punggawa srikandi pelatnas Cipayung dituntut untuk membuktikan konsistensi penampilan apik mereka. Tak heran, pada Indonesia Open kali ini, semua mata tertuju pada mereka. Pia dan Nana bertemu di babak kualifikasi akibat drawing yang kurang menguntungkan, sehingga mau tidak mau mereka harus saling mengalahkan. Pia memenangkan duel yang berlangsung hampir imbang hingga rubber set itu.
Drawing yang tidak menguntungkan kembali ditemui punggawa tunggal putri saat babak pertama, Pia sudah harus bertatap muka di lapangan dengan Maria. Kali ini Maria yang berhasil melaju ke babak berikutnya. Lalu, mudahlan jalan Maria setelah itu? Jawabannya, tidak! Tunggal utama Belanda, Yao Jie, yang tidak memperkuat Belanda pada Uber Cup lalu menjadi tantangan selanjutnya bagi Maria. Berhasil mengungguli Yao Jie, ada ratu bulutangkis lain yang menjadi tantangan berikutnya, yaitu Zhou Mi, asal Hongkong. Mampu mengalahkan Zhou Mi, Maria belum menghentikannya keganasannya di kandang sendiri. Kali ini korban berikutnya adalah Zhang Ning. Salah satu tunggal putri terbaik China yang masih mampu mempertahankan konsistensinya walaupun telah berumur 33 tahun.
Mampu selalu unggul di set-set awal, Maria selalu kehilangan konsentrasi hingga perolehan poinnya selalu mampu dikejar dan diungguli Zhang Ning. Bahkan seharusnya Maria mampu menutaskan pertandingan dengan straight set jika saja ia tidak terburu-buru pada kedudukan poin-poin kritis 20-19.
Namun, saya tidak ingin berbicara soal angka sekarang. Ada faktor lain yang membuat kemenangan Maria atas Zhang Ning di semifinal dan atas lawan-lawan sebelumnya yang memiliki peringkat jauh diatas Maria, memiliki makna yang begitu berbeda. Yaitu, timbulnya semangat baru dan kepercayaan diri baru dalam diri Maria, yang selama ini tidak pernah dia tunjukkan sebelumnya.
Semua orang pasti setuju, jika saya mengatakan bahwa Maria merupakan pemain yang unik. Salah satu keunikannya adalah, wajahnya yang hampir tanpa ekspresi saat pertandingan, baik saat ia menang ataupun kalah. Ekspresinya selalu datar dan khas.
Selama ini, ekspresi unik Maria tersebut tidak didukung dengan kepercayaan diri, sehingga yang tertangkap mata orang awam adalah istilah jawanya ¡klemar-klemer¢ . Namun setelah Uber Cup lalu, yang dipercaya sebagai keajaiban titik balik prestasi srikandi kita, Maria menjadi seorang yang sama sekali berbeda. Berbeda? Ya, kini ekspresi itu berubah menjadi ekspresi seorang juara yang yakin akan kemampuan dirinya.
Ketenangan dan wajah cool nya dilapangan, terkadang membuat lawan frustasi. Tengok saja pertandingan terakhir Maria melawan Zhu Lin. Meskipun akhirnya Maria tak mampu membendung Zhu Lin di akhir-akhir poin rubber set, namun ketenangan Maria sedikit banyak mempengaruhi emosi Zhu Lin juga.
Sepanjang pertandingan, Zhu Lin terlihat murung dan nyaris tanpa senyum. Senyumnya baru muncul ketika ia sudah berada di podium jawara. Berbanding terbalik dengan Maria yang selalu menyikapi poin demi poin dengan ketenangan luar biasa. Bahkan, meskipun terlihat sama-sama lelah, Maria tidak berusaha mengulur-ulur waktu pertandingan, seperti yang dilakukan Zhu Lin sehingga wasit menghadiahinya dengan kartu kuning.
Ya, kematangan emosi. Itulah yang saya tangkap dari aura bertanding Maria Kristin. Berbekal ketenangan, mental juara, dan kepercayaan diri bahwa tiada lawan yang tak bisa dikalahkan telah mengantarkan Maria Kristin ke babak Final Indonesia Open dengan hebatnya. Itulah Maria Kristin, gadis yang setahun lalu hanya dikenal segelintir pencinta bulutangkis, kini menjelma menjadi bintang tumpuan Indonesia serta pahlawan masa depan. Dia berhasil menumbangkan tiga raksasa China, yang kini membela tiga negara berbeda, selama tiga hari berturut-turut. Dan Maria telah mampu memberikan kado terindah bagi dirinya sendiri yang tepat akan berusia 23 tahun pada 25 Juni nanti. Selamat menjadi runner-up Indonesia open, dan selamat ulang tahun, Maria.
Indonesia bangga padamu!
(badminton-indonesia@yahoogroups.com)
Indonesia Negeri Bulu Tangkis Yang Cinta Sepak Bola
Bulan Mei lalu salah satu kejuaraan bulutangkis beregu paling bergengsi Piala Thomas dan Uber berhasil diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta. Kendati tim Thomas Indonesia gagal tampil di partai puncak 18 Mei silam, tetapi keberhasilan tim Uber untuk berlaga menantang China di partai pamungkas piala Uber berhasil membuktikan bahwa negara kita masih negara dengan kultur bulutangkis yang kuat.
Hal ini juga dibuktikan dengan melimpahnya dukungan dari warga masyarakat Indonesia, baik mereka yang rela mengantri berjam-jam hanya demi selembar tiket untuk bisa masuk ke Istora ataupun mereka yang menyisakan waktunya untuk menyaksikan perjuangan para pahlawan bulutangkis kita melalui layar kaca.
Dengan jeda hanya satu bulan, Indonesia kembali menjadi tuan rumah salah satu dari rangkaian super series yang akan digelar sepanjang tahun ini. Djarum Indonesia Open Super Series 2008 akan digelar minggu depan pada tanggal 17 hingga 22 Juni. Bertepatan dengan minggu kedua penyelenggaraan Piala Eropa 2008 atau yang lebih dikenal dengan nama EURO 2008. EURO sendiri telah resmi dibuka pada 8 Juni silam bertempat di Austria dan Swiss, Piala Eropa kali ini tidak akan dihadiri oleh Inggris yang gagal lolos kualifikasi untuk tampil di putaran final karena dikalahkan oleh Kroasia pada babak play off.
Gegap gempita EURO 2008
Televisi swasta nasional pemilih hak siar Euro 2008 di Indonesia dengan meriah mengadakan acara tersendiri dalam menyongsong detik-detik pembukaan EURO 2008 pada minggu malam. Hal ini pun disambut meriah oleh para penggemar sepak bola. Euro yang telah digaungkan dari beberapa bulan bahkan satu tahun sebelum hari penyelenggaraannya membuat EURO dikenal baik masyarakat serta promo-promo yang dilakukan untuk mengenalkan sejarah Piala Eropa tersebut terbukti cukup efektif dalam mendapatkan perhatian yang besar dari masyarakat.
Café-café yang bertebaran di ibu kota maupun kota-kota besar lainnya berlomba-lomba menggelar acara nonton bareng EURO 2008, selain untuk menghimpun para penggemar dan penggila sepak bola hal ini juga dilakukan untuk memeriahkan perhelatan akbar tersebut. Mengingat begitu dikenalnya sepak bola asing di negara kita berkat siaran-siaran langsung pertandingan sepak bola dari liga negara-negara Eropa seperti liga Italia, Inggris, Belanda dan Spanyol oleh beberapa televisi swasta maka tak heran jika setiap tempat yang menggelar acara nonton bareng itu selalu dipadati para penggemarnya kendatipun siaran langsung pertandingan sepak bola digelar dini hari.
Bulutangkis di Indonesia
Cabang olah raga yang berhasil menyumbangkan emas pertama bagi Indonesia pada olimpade ini merupakan salah satu olah raga yang digemari dan begitu dicintai masyarakat. Mulai dari era Liem Swie King, hingga saat ini era Taufik Hidayat yang akan segera bergulir ke pemain-pemain yang lebih muda, mulai dari era Susi Susanti dan Mia Audina hingga saat ini era Adrianti Firdasari dan Pia Zebadiah. Target emas olimpiade masih bisa berhasil dipertahankan sejak Susi Susanti dan Alan Budikusuma berhasil menyumbang emas pada olimpiade 1992, dan terakhir Taufik Hidayat yang menyumbang emas bagi Indonesia pada Olimpiade 2004 silam.
Cara pendukung Indonesia dalam memberikan semangat kepada pemain yang berlaga dilapang tidak akan ditemukan di negara lain, hal ini diakui pemain nasional maupun pemain asing yang berlaga di Indonesia. Tercatat hingar bingar publik istora pada final Uber lalu mencapai 120db, hal ini setara dengan riuhnya sebuah konser musik yang menggunakan speaker raksasa. Yel-yel sepanjang pertandingan dengan meneriakan Indonesia, ataupun teriakan “ya” saat pemain Indonesia memukul bola dan teriakan “hu” saat giliran lawan memukul, hanya bisa terjadi di Indonesia. Teriakan itu kadang menganggu konsentrasi pemain, khususnya pemain yang berasal dari Eropa, karena pada pertandingan bulutangkis di Eropa teriakan penonton hanya terdengar jika shuttle cock menyentuh tanah, namun beberapa pemain lainnya mengaku senang jika bertanding di Indonesia karena hanya di negara ini penonton begitu meriah dan atraktif.
Jika Harus Membandingkan
Sepakbola dan bulutangkis di Indonesia merupakan dua cabang olah raga paling diminati, bila harus dibandingkan dengan cabang olah raga lain seperti tenis mauapun cabang atletik. Kecintaan masyarakat Indonesia kepada dua cabang olah raga ini sudah tidak perlu diragukan lagi, dipenuhinya café penyelenggaraan nonton bareng, serta padatnya istora pada perhelatan Piala Thomas dan Uber lalu merupakan sebuah bukti nyata bahwa kedua olah raga tersebut mendapat tempat besar dalam hati dan jiwa masyarakat Indonesia.
Dari hal yang sudah saya ungkapkan diatas, kesimpulan yang bisa saya ambil adalah apabila kita berbicara sepakbola kita hanya akan bisa membanggakan tim kesayangan kita dari liga ataupun negara Eropa, hal ini bisa kita lihat dari respon masyarakat terhadap pertandingan sepak bola asing yang menyebabkan televisi swasta berlomba-lomba menayangkan siaran langsung sepak bola asing, tentu saja hal ini tanpa bermaksud mengenyampingkan sepakbola nasional kita. Karena pada kenyataannya sepakbola nasional kita masih memerlukan banyak pendewasaan, mulai dari pendewasaan pengurus, pemain dan supporter. Seringnya terjadi ricuh antara pendukung tim yang bertanding pada pertandingan-pertandingan nasional, menunjukkan bahwa supporter sepakbola di Indonesia belum mencapai tahap kedewasaan.
Sudah saatnya sepakbola dan bulutangkis mendapat perhatian lebih dari masyarakat umumnya dan pemerintah Indonesia khususnya. Sudah saatnya pula pemerintah memilah dan memilih olah raga yang menjadi prioritas utamanya. Jika kita mengakui sebagai sebuah negara bulutangkis, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian lebih kepada olah raga ini, jika kita mengakui sebagai sebuah negara sepakbola maka sudah saatnya kita membuktikan bahwa sepakbola bisa berprestasi lebih baik.
Indonesia BISA!
Hal ini juga dibuktikan dengan melimpahnya dukungan dari warga masyarakat Indonesia, baik mereka yang rela mengantri berjam-jam hanya demi selembar tiket untuk bisa masuk ke Istora ataupun mereka yang menyisakan waktunya untuk menyaksikan perjuangan para pahlawan bulutangkis kita melalui layar kaca.
Dengan jeda hanya satu bulan, Indonesia kembali menjadi tuan rumah salah satu dari rangkaian super series yang akan digelar sepanjang tahun ini. Djarum Indonesia Open Super Series 2008 akan digelar minggu depan pada tanggal 17 hingga 22 Juni. Bertepatan dengan minggu kedua penyelenggaraan Piala Eropa 2008 atau yang lebih dikenal dengan nama EURO 2008. EURO sendiri telah resmi dibuka pada 8 Juni silam bertempat di Austria dan Swiss, Piala Eropa kali ini tidak akan dihadiri oleh Inggris yang gagal lolos kualifikasi untuk tampil di putaran final karena dikalahkan oleh Kroasia pada babak play off.
Gegap gempita EURO 2008
Televisi swasta nasional pemilih hak siar Euro 2008 di Indonesia dengan meriah mengadakan acara tersendiri dalam menyongsong detik-detik pembukaan EURO 2008 pada minggu malam. Hal ini pun disambut meriah oleh para penggemar sepak bola. Euro yang telah digaungkan dari beberapa bulan bahkan satu tahun sebelum hari penyelenggaraannya membuat EURO dikenal baik masyarakat serta promo-promo yang dilakukan untuk mengenalkan sejarah Piala Eropa tersebut terbukti cukup efektif dalam mendapatkan perhatian yang besar dari masyarakat.
Café-café yang bertebaran di ibu kota maupun kota-kota besar lainnya berlomba-lomba menggelar acara nonton bareng EURO 2008, selain untuk menghimpun para penggemar dan penggila sepak bola hal ini juga dilakukan untuk memeriahkan perhelatan akbar tersebut. Mengingat begitu dikenalnya sepak bola asing di negara kita berkat siaran-siaran langsung pertandingan sepak bola dari liga negara-negara Eropa seperti liga Italia, Inggris, Belanda dan Spanyol oleh beberapa televisi swasta maka tak heran jika setiap tempat yang menggelar acara nonton bareng itu selalu dipadati para penggemarnya kendatipun siaran langsung pertandingan sepak bola digelar dini hari.
Bulutangkis di Indonesia
Cabang olah raga yang berhasil menyumbangkan emas pertama bagi Indonesia pada olimpade ini merupakan salah satu olah raga yang digemari dan begitu dicintai masyarakat. Mulai dari era Liem Swie King, hingga saat ini era Taufik Hidayat yang akan segera bergulir ke pemain-pemain yang lebih muda, mulai dari era Susi Susanti dan Mia Audina hingga saat ini era Adrianti Firdasari dan Pia Zebadiah. Target emas olimpiade masih bisa berhasil dipertahankan sejak Susi Susanti dan Alan Budikusuma berhasil menyumbang emas pada olimpiade 1992, dan terakhir Taufik Hidayat yang menyumbang emas bagi Indonesia pada Olimpiade 2004 silam.
Cara pendukung Indonesia dalam memberikan semangat kepada pemain yang berlaga dilapang tidak akan ditemukan di negara lain, hal ini diakui pemain nasional maupun pemain asing yang berlaga di Indonesia. Tercatat hingar bingar publik istora pada final Uber lalu mencapai 120db, hal ini setara dengan riuhnya sebuah konser musik yang menggunakan speaker raksasa. Yel-yel sepanjang pertandingan dengan meneriakan Indonesia, ataupun teriakan “ya” saat pemain Indonesia memukul bola dan teriakan “hu” saat giliran lawan memukul, hanya bisa terjadi di Indonesia. Teriakan itu kadang menganggu konsentrasi pemain, khususnya pemain yang berasal dari Eropa, karena pada pertandingan bulutangkis di Eropa teriakan penonton hanya terdengar jika shuttle cock menyentuh tanah, namun beberapa pemain lainnya mengaku senang jika bertanding di Indonesia karena hanya di negara ini penonton begitu meriah dan atraktif.
Jika Harus Membandingkan
Sepakbola dan bulutangkis di Indonesia merupakan dua cabang olah raga paling diminati, bila harus dibandingkan dengan cabang olah raga lain seperti tenis mauapun cabang atletik. Kecintaan masyarakat Indonesia kepada dua cabang olah raga ini sudah tidak perlu diragukan lagi, dipenuhinya café penyelenggaraan nonton bareng, serta padatnya istora pada perhelatan Piala Thomas dan Uber lalu merupakan sebuah bukti nyata bahwa kedua olah raga tersebut mendapat tempat besar dalam hati dan jiwa masyarakat Indonesia.
Dari hal yang sudah saya ungkapkan diatas, kesimpulan yang bisa saya ambil adalah apabila kita berbicara sepakbola kita hanya akan bisa membanggakan tim kesayangan kita dari liga ataupun negara Eropa, hal ini bisa kita lihat dari respon masyarakat terhadap pertandingan sepak bola asing yang menyebabkan televisi swasta berlomba-lomba menayangkan siaran langsung sepak bola asing, tentu saja hal ini tanpa bermaksud mengenyampingkan sepakbola nasional kita. Karena pada kenyataannya sepakbola nasional kita masih memerlukan banyak pendewasaan, mulai dari pendewasaan pengurus, pemain dan supporter. Seringnya terjadi ricuh antara pendukung tim yang bertanding pada pertandingan-pertandingan nasional, menunjukkan bahwa supporter sepakbola di Indonesia belum mencapai tahap kedewasaan.
Sudah saatnya sepakbola dan bulutangkis mendapat perhatian lebih dari masyarakat umumnya dan pemerintah Indonesia khususnya. Sudah saatnya pula pemerintah memilah dan memilih olah raga yang menjadi prioritas utamanya. Jika kita mengakui sebagai sebuah negara bulutangkis, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian lebih kepada olah raga ini, jika kita mengakui sebagai sebuah negara sepakbola maka sudah saatnya kita membuktikan bahwa sepakbola bisa berprestasi lebih baik.
Indonesia BISA!
Langganan:
Postingan (Atom)