29 November 2008

Senyum Greysia Bukan Senyum Monalisa

Oleh: Ira Ratnati

Penyelenggaraan Bank BRI Thomas dan Uber Cup 2008 yang berhasil digelar dengan sukses dari 11 hingga 18 Mei lalu di Istora-Senayan, Jakarta, memberikan kesan tersendiri bagi pecinta bulutangkis di Indonesia.

Dua kejutan besar terjadi di kubu Indonesia. Kejutan pertama adalah lolosnya tim Uber Indonesia ke pertandingan puncak yang digelar 17 Mei karena sebenarnya mereka hanya ditargetkan untuk bisa lolos hingga semi final.

Namun, kejutan kedua adalah kejutan yang tidak diharapkan seluruh masyarakat Indonesia yaitu gagalnya tim Thomas Indonesia untuk tampil di partai puncak setelah harus mengakui keunggulan Korea Selatan di semi final dan sekaligus menghapus harapan untuk mengembalikan piala Thomas ke pangkuan ibu pertiwi, juga gagal memenuhi target final yang dibebankan kepada mereka.

Keberhasilan tim Uber dalam melampaui target yang diberikan oleh PBSI secara tidak langsung menjawab keraguan akan kekuatan srikandi-srikandi kita, sekaligus mengobati kekecewaan masyarakat atas tim Thomas Indonesia. Salah satu srikandi yang paling bersinar dan dikenal adalah Greysia Polii, pemain ganda kedua Indonesia yang berpasangan dengan Jo Novita ini menarik perhatian begitu banyak orang yang setia menyaksikan perjuangan para srikandi dalam perebutan piala Uber lalu. Gadis yang lahir pada 11 Agustus 1987 ini tak segan menampilkan aksi-aksi spontan untuk membuat penonton yang hadir lebih semarak dalam memberikan semangat bagi pemain yang sedang berlaga.

Tidak seperti kebanyakan atlet bulutangkis lain yang kadang terlihat canggung di depan kamera, Greys, begitu dia disapa, terlihat begitu atraktif dan komunikatif. Senyum yang selalu menghiasi wajahnya tak pernah lepas sekalipun dari wajah cantiknya. Pada laga final piala Uber lalu, terlihat Greys memasuki lapangan dengan berjubah bendera merah putih, dan topi ala viking yang berwarna senada, jauh berbeda dengan anggota tim lain yang menggunakan seragam tim. Dengan tersenyum bangga, saat namanya disebutkan oleh announcer, dia mengepalkan tangan di udara pertanda kemenangan dan pembuktian bahwa srikandi Indonesia telah bangkit dan masih patut diperhitungkan lawan.

Walaupun pada akhirnya Grace dan Jo yang ditempatkan di ganda kedua atau partai ke empat pada laga final tidak dapat tampil karena Indonesia ditekuk China 3-0, setelah Maria Kristin gagal mengatasi tunggal nomor
satu dunia Xie Xin Fang, ganda pertama Vita Marissa/ Lilyana Natsir yang harus mengakui keunggulan Zhang Wei/ Zhang Jie Wen melalui pertarungan ketat tiga set dan tunggal kedua Adriyanti Firdasari yang juga gagal mengalahkan Lu Lan di partai ketiga namun hal ini tidak menjadikan Greys kehilangan senyumnya. Dia tetap tersenyum, dia tetap menyemangati rekannya, sepanjang pertandingan dia dengan gaya khasnya terus mengibarkan bendera serta ikut meneriakan yel-yel khas suporter Indonesia yang tidak dimiliki bangsa lain, serta aksi-aksi simpatik lain yang dia tampilkan menarik simpati dan perhatian begitu banyak orang.

Senyumannya tidak seperti senyum Monalisa yang misterius, yang hanya terlihat tersenyum jika kita hanya melihat sekilas tapi kemudian Monalisa tidak akan tersenyum jika kita melihat langsung kedalam lukisan mahakarya Leonardo Da Vinci tersebut, senyum Greys adalah senyum tulus yang memberikan semangat, senyum yang bisa memberikan inspirasi dan senyum yang akan selalu terlihat dari perspektif manapun anda melihatnya, itulah senyum Greysia bukan senyum Monalisa.

Ira Ratnati, Jurnalis Masyarakat Bulutangkis Indonesia (MBI)

Maria Kristin Yuluanti, From Zero To Hero

'Jawab tantangan dengan dukungan!''

Itu adalah kata-kata Maria Kristin, dalam salah satu iklan Djarum Badminton Indonesia Open Super Series. Dan dia tak hanya fasih mengatakannya, namun juga telah berhasil membuktikannya, dengan menembus babak final Djarum Badminton Indonesia Open Super Series untuk pertama kalinya.

Selepas perhelatan akbar Uber Cup bulan Mei lalu, memang para punggawa srikandi pelatnas Cipayung dituntut untuk membuktikan konsistensi penampilan apik mereka. Tak heran, pada Indonesia Open kali ini, semua mata tertuju pada mereka. Pia dan Nana bertemu di babak kualifikasi akibat drawing yang kurang menguntungkan, sehingga mau tidak mau mereka harus saling mengalahkan. Pia memenangkan duel yang berlangsung hampir imbang hingga rubber set itu.

Drawing yang tidak menguntungkan kembali ditemui punggawa tunggal putri saat babak pertama, Pia sudah harus bertatap muka di lapangan dengan Maria. Kali ini Maria yang berhasil melaju ke babak berikutnya. Lalu, mudahlan jalan Maria setelah itu? Jawabannya, tidak! Tunggal utama Belanda, Yao Jie, yang tidak memperkuat Belanda pada Uber Cup lalu menjadi tantangan selanjutnya bagi Maria. Berhasil mengungguli Yao Jie, ada ratu bulutangkis lain yang menjadi tantangan berikutnya, yaitu Zhou Mi, asal Hongkong. Mampu mengalahkan Zhou Mi, Maria belum menghentikannya keganasannya di kandang sendiri. Kali ini korban berikutnya adalah Zhang Ning. Salah satu tunggal putri terbaik China yang masih mampu mempertahankan konsistensinya walaupun telah berumur 33 tahun.

Mampu selalu unggul di set-set awal, Maria selalu kehilangan konsentrasi hingga perolehan poinnya selalu mampu dikejar dan diungguli Zhang Ning. Bahkan seharusnya Maria mampu menutaskan pertandingan dengan straight set jika saja ia tidak terburu-buru pada kedudukan poin-poin kritis 20-19.

Namun, saya tidak ingin berbicara soal angka sekarang. Ada faktor lain yang membuat kemenangan Maria atas Zhang Ning di semifinal dan atas lawan-lawan sebelumnya yang memiliki peringkat jauh diatas Maria, memiliki makna yang begitu berbeda. Yaitu, timbulnya semangat baru dan kepercayaan diri baru dalam diri Maria, yang selama ini tidak pernah dia tunjukkan sebelumnya.

Semua orang pasti setuju, jika saya mengatakan bahwa Maria merupakan pemain yang unik. Salah satu keunikannya adalah, wajahnya yang hampir tanpa ekspresi saat pertandingan, baik saat ia menang ataupun kalah. Ekspresinya selalu datar dan khas.

Selama ini, ekspresi unik Maria tersebut tidak didukung dengan kepercayaan diri, sehingga yang tertangkap mata orang awam adalah istilah jawanya ¡klemar-klemer¢ . Namun setelah Uber Cup lalu, yang dipercaya sebagai keajaiban titik balik prestasi srikandi kita, Maria menjadi seorang yang sama sekali berbeda. Berbeda? Ya, kini ekspresi itu berubah menjadi ekspresi seorang juara yang yakin akan kemampuan dirinya.

Ketenangan dan wajah cool nya dilapangan, terkadang membuat lawan frustasi. Tengok saja pertandingan terakhir Maria melawan Zhu Lin. Meskipun akhirnya Maria tak mampu membendung Zhu Lin di akhir-akhir poin rubber set, namun ketenangan Maria sedikit banyak mempengaruhi emosi Zhu Lin juga.

Sepanjang pertandingan, Zhu Lin terlihat murung dan nyaris tanpa senyum. Senyumnya baru muncul ketika ia sudah berada di podium jawara. Berbanding terbalik dengan Maria yang selalu menyikapi poin demi poin dengan ketenangan luar biasa. Bahkan, meskipun terlihat sama-sama lelah, Maria tidak berusaha mengulur-ulur waktu pertandingan, seperti yang dilakukan Zhu Lin sehingga wasit menghadiahinya dengan kartu kuning.

Ya, kematangan emosi. Itulah yang saya tangkap dari aura bertanding Maria Kristin. Berbekal ketenangan, mental juara, dan kepercayaan diri bahwa tiada lawan yang tak bisa dikalahkan telah mengantarkan Maria Kristin ke babak Final Indonesia Open dengan hebatnya. Itulah Maria Kristin, gadis yang setahun lalu hanya dikenal segelintir pencinta bulutangkis, kini menjelma menjadi bintang tumpuan Indonesia serta pahlawan masa depan. Dia berhasil menumbangkan tiga raksasa China, yang kini membela tiga negara berbeda, selama tiga hari berturut-turut. Dan Maria telah mampu memberikan kado terindah bagi dirinya sendiri yang tepat akan berusia 23 tahun pada 25 Juni nanti. Selamat menjadi runner-up Indonesia open, dan selamat ulang tahun, Maria.

Indonesia bangga padamu!

(badminton-indonesia@yahoogroups.com)

Indonesia Negeri Bulu Tangkis Yang Cinta Sepak Bola

Bulan Mei lalu salah satu kejuaraan bulutangkis beregu paling bergengsi Piala Thomas dan Uber berhasil diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta. Kendati tim Thomas Indonesia gagal tampil di partai puncak 18 Mei silam, tetapi keberhasilan tim Uber untuk berlaga menantang China di partai pamungkas piala Uber berhasil membuktikan bahwa negara kita masih negara dengan kultur bulutangkis yang kuat.

Hal ini juga dibuktikan dengan melimpahnya dukungan dari warga masyarakat Indonesia, baik mereka yang rela mengantri berjam-jam hanya demi selembar tiket untuk bisa masuk ke Istora ataupun mereka yang menyisakan waktunya untuk menyaksikan perjuangan para pahlawan bulutangkis kita melalui layar kaca.

Dengan jeda hanya satu bulan, Indonesia kembali menjadi tuan rumah salah satu dari rangkaian super series yang akan digelar sepanjang tahun ini. Djarum Indonesia Open Super Series 2008 akan digelar minggu depan pada tanggal 17 hingga 22 Juni. Bertepatan dengan minggu kedua penyelenggaraan Piala Eropa 2008 atau yang lebih dikenal dengan nama EURO 2008. EURO sendiri telah resmi dibuka pada 8 Juni silam bertempat di Austria dan Swiss, Piala Eropa kali ini tidak akan dihadiri oleh Inggris yang gagal lolos kualifikasi untuk tampil di putaran final karena dikalahkan oleh Kroasia pada babak play off.

Gegap gempita EURO 2008

Televisi swasta nasional pemilih hak siar Euro 2008 di Indonesia dengan meriah mengadakan acara tersendiri dalam menyongsong detik-detik pembukaan EURO 2008 pada minggu malam. Hal ini pun disambut meriah oleh para penggemar sepak bola. Euro yang telah digaungkan dari beberapa bulan bahkan satu tahun sebelum hari penyelenggaraannya membuat EURO dikenal baik masyarakat serta promo-promo yang dilakukan untuk mengenalkan sejarah Piala Eropa tersebut terbukti cukup efektif dalam mendapatkan perhatian yang besar dari masyarakat.

Café-café yang bertebaran di ibu kota maupun kota-kota besar lainnya berlomba-lomba menggelar acara nonton bareng EURO 2008, selain untuk menghimpun para penggemar dan penggila sepak bola hal ini juga dilakukan untuk memeriahkan perhelatan akbar tersebut. Mengingat begitu dikenalnya sepak bola asing di negara kita berkat siaran-siaran langsung pertandingan sepak bola dari liga negara-negara Eropa seperti liga Italia, Inggris, Belanda dan Spanyol oleh beberapa televisi swasta maka tak heran jika setiap tempat yang menggelar acara nonton bareng itu selalu dipadati para penggemarnya kendatipun siaran langsung pertandingan sepak bola digelar dini hari.

Bulutangkis di Indonesia

Cabang olah raga yang berhasil menyumbangkan emas pertama bagi Indonesia pada olimpade ini merupakan salah satu olah raga yang digemari dan begitu dicintai masyarakat. Mulai dari era Liem Swie King, hingga saat ini era Taufik Hidayat yang akan segera bergulir ke pemain-pemain yang lebih muda, mulai dari era Susi Susanti dan Mia Audina hingga saat ini era Adrianti Firdasari dan Pia Zebadiah. Target emas olimpiade masih bisa berhasil dipertahankan sejak Susi Susanti dan Alan Budikusuma berhasil menyumbang emas pada olimpiade 1992, dan terakhir Taufik Hidayat yang menyumbang emas bagi Indonesia pada Olimpiade 2004 silam.

Cara pendukung Indonesia dalam memberikan semangat kepada pemain yang berlaga dilapang tidak akan ditemukan di negara lain, hal ini diakui pemain nasional maupun pemain asing yang berlaga di Indonesia. Tercatat hingar bingar publik istora pada final Uber lalu mencapai 120db, hal ini setara dengan riuhnya sebuah konser musik yang menggunakan speaker raksasa. Yel-yel sepanjang pertandingan dengan meneriakan Indonesia, ataupun teriakan “ya” saat pemain Indonesia memukul bola dan teriakan “hu” saat giliran lawan memukul, hanya bisa terjadi di Indonesia. Teriakan itu kadang menganggu konsentrasi pemain, khususnya pemain yang berasal dari Eropa, karena pada pertandingan bulutangkis di Eropa teriakan penonton hanya terdengar jika shuttle cock menyentuh tanah, namun beberapa pemain lainnya mengaku senang jika bertanding di Indonesia karena hanya di negara ini penonton begitu meriah dan atraktif.

Jika Harus Membandingkan

Sepakbola dan bulutangkis di Indonesia merupakan dua cabang olah raga paling diminati, bila harus dibandingkan dengan cabang olah raga lain seperti tenis mauapun cabang atletik. Kecintaan masyarakat Indonesia kepada dua cabang olah raga ini sudah tidak perlu diragukan lagi, dipenuhinya café penyelenggaraan nonton bareng, serta padatnya istora pada perhelatan Piala Thomas dan Uber lalu merupakan sebuah bukti nyata bahwa kedua olah raga tersebut mendapat tempat besar dalam hati dan jiwa masyarakat Indonesia.

Dari hal yang sudah saya ungkapkan diatas, kesimpulan yang bisa saya ambil adalah apabila kita berbicara sepakbola kita hanya akan bisa membanggakan tim kesayangan kita dari liga ataupun negara Eropa, hal ini bisa kita lihat dari respon masyarakat terhadap pertandingan sepak bola asing yang menyebabkan televisi swasta berlomba-lomba menayangkan siaran langsung sepak bola asing, tentu saja hal ini tanpa bermaksud mengenyampingkan sepakbola nasional kita. Karena pada kenyataannya sepakbola nasional kita masih memerlukan banyak pendewasaan, mulai dari pendewasaan pengurus, pemain dan supporter. Seringnya terjadi ricuh antara pendukung tim yang bertanding pada pertandingan-pertandingan nasional, menunjukkan bahwa supporter sepakbola di Indonesia belum mencapai tahap kedewasaan.

Sudah saatnya sepakbola dan bulutangkis mendapat perhatian lebih dari masyarakat umumnya dan pemerintah Indonesia khususnya. Sudah saatnya pula pemerintah memilah dan memilih olah raga yang menjadi prioritas utamanya. Jika kita mengakui sebagai sebuah negara bulutangkis, maka sudah saatnya kita memberikan perhatian lebih kepada olah raga ini, jika kita mengakui sebagai sebuah negara sepakbola maka sudah saatnya kita membuktikan bahwa sepakbola bisa berprestasi lebih baik.

Indonesia BISA!

28 November 2008

Sukses China Membangun Olah Raga 10 kebijakan Jadi Pedoman

Melihat Cina selama berlangsungnya Olimpiade Beijing 2008, para pendatang tak hanya dibuat kagum dengan kemajuan ekonomi negara itu yang mencapai 7 triliun dolar AS pada 2007. Kemajuan itu juga tercermin dalam pembangunan olahraganya.

Hal itu bisa langsung terlihat dari belum tergoyahnya posisi Cina sebagai pengumpul medali emas terbanyak hingga seminggu Olimpiade digelar. Bahkan prestasi yang ditorehkan berasal dari para atlet yang rata-rata masih berusia muda. Salah satunya adalah peraih medali emas angkat besi di kelas 56 kg, Long Qingquan. Pemuda yang tampak bersahaja asal provinsi Hunan ini baru berusia 18 tahun.

Kemajuan olahraga di Cina tak lepas dari 10 kebijakan yang dikeluarkan China State General Sports Administration. Sepuluh kebijakan yang dikeluarkan lembaga yang dipimpin Liu Peng itu merangkum segala hal yang berkaitan dengan pembangunan olahraga di negara yang luasnya 9,5 juta kilometer persegi itu.

“Selama 10 tahun terakhir ini, kemajuan olahraga di Cina mulai terlihat kuat. Hal itu tak lepas dari konsistensi badan olahraga Cina dalam menerapkan program pembangunan dengan arah yang jelas,” ujar Liu Peng dalam konferensi pers yang digelar di Main Press Centre, sehari sebelum pembukaan Olimpiade.

Kehebatan prestasi olahraga Cina punya dasar yang kuat. Dasar itu tumbuh dalam masyarakat. Tak ada lapangan atau taman-taman olahraga yang kosong kegiatan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa menggunakan taman-taman di seputar apartemen.

Bahkan menurut Adidin Aska, staf lokal KBRI yang tinggal di kompleks apartemen Fangzouyuan, semua apartemen yang dibangun di Cina harus memiliki ruang publik yang luas untuk aktivitas olahraga warganya.

“Para mahasiwa Indonesia yang belajar di sini pasti kalah kalau bertanding basket atau sepakbola dengan mereka. Paru-paru mereka kayak kuda. Kuat sekali. Kegiatan olahraga bagi bangsa Cina sudah menjadi budaya dan hal itu sudah berjalan ratusan tahun. Tak heran jika olahraganya maju,” jelas pria yang sudah 15 tahun berdinas di Beijing itu.

Jika ada ungkapan 'belajarlah sampai ke negeri Cina', maka itu jelas-jelas benar adanya. Dengan jumlah penduduk yang juga besar, akankah Indonesia mengikuti jejak mereka?

10 ARAH PEMBANGUNAN OLAHRAGA CINA
Pembangunan kerangka kebijakan olahraga nasional.
Siapkan reformasi industri olahraga dan penerapan strategi jangka panjang dan menengah.
Meningkatkan partisipasi dan kesempatan berkegiatan olahraga.
Merencanakan pengembangan atletik dan mengoordinasikan event olahraga nasional.
Perang terhadap narkoba dan kecurangan di olahraga.
Pengawasan pertukaran atlet secara internasional dan kerja sama dengan negara lain.
Mengorganisasi partisipasi di event olahraga internasional dan membantu jika Cina menjadi tuan rumah sebuah event olahraga.
Mendukung penelitian dan pembangunan olahraga serta mempromosikan pencapaian-pencapaian tertinggi di olahraga.
Implementasi kebijakan mengatur industri olahraga, mengembangkan pasar olahraga (sports market), dan memformulasikan kriteria bisnis olahraga.
Mendorong kinerja induk-induk organisasi olahraga.
(Sumber: Bolanews.com)

Program Atlit Andalan Jangan Setengah Hati

Olimpiade Beijing 2008 menunjukkan bagaimana negara-negara besar membangun olahraganya. Cina sukses menjadi peringkat pertama Olimpiade 2008 dengan 51 keping emas. Amerika Serikat kali ini harus puas berada di peringkat dua dengan 36 emas. Namun, Amerika masih unggul dalam jumlah pengumpulan medali, 110 medali. Baik Cina, AS, Rusia, Inggris, Jerman, maupun Australia memiliki program atlet andalan yang direncanakan dan terorganisasi secara sistematis.

Sejak politik diplomasi pingpong tahun 1971 serta kembali diterimanya Cina sebagai anggota IOC tahun 1979 sejalan dengan kebijakan politik luar negeri Cina untuk membuka diri dengan dunia internasional, maka Cina langsung bertekad untuk menjadi yang terbaik di Olimpiade. Untuk itu, Cina meluncurkan program atlet andalan dengan sebutan “juguo tichi”. Dalam hal ini, kendali manajemen pelatnas sepenuhnya berada di tangan pemerintah pusat dan seluruh pemerintah daerah diwajibkan mendukung program ini.

Hal pertama yang dilakukan Cina adalah membangun fasilitas latihan yang dilengkapi dengan peralatan modern dan laboratorium untuk penerapan iptek olahraga, termasuk fasilitas olahraga di sekolah dan perguruan tinggi. Dengan menyesuaikan postur kebanyakan orang Cina, maka mereka fokus pada cabang olahraga yang membutuhkan refleks, kecepatan dan kelenturan tinggi, seperti senam, tenis meja, bulutangkis, dan loncat indah, serta beberapa cabang yang sangat tergantung pada penilaian juri.

Melengkapi program tersebut, mulai tahun 2001 Cina juga meluncurkan program 119 yang lebih difokuskan pada beberapa cabang yang bukan jadi unggulan Cina tetapi jumlah medali emas yang diperebutkan sangat banyak, yaitu mencapai 119 emas. Termasuk dalam program 119 ini antara lain cabang atletik, renang, layar, dan kano. Untuk mencapai ambisi tersebut, Cina menyediakan dana sebesar US$ 4,8 miliar di mana 90% digunakan untuk membayar uang saku atlet dan pelatih serta perlengkapan latihan.

Program atlet andalan juga menjadi perhatian serius pemerintah Australia. Sejak tahun 1981 pemerintah Australia membangun fasilitas pemusatan latihan modern di Canberra yang diberi nama Australia Institute of Sport (AIS) di atas tanah seluas 65 hektar. Dilengkapi dengan laboratorium penelitian dan medis, AIS mulai membina 150 calon atlet andalan dari beberapa cabang, seperti renang, atletik, angkat besi, senam, bola basket, bola tangan, sepakbola, dan tenis.

Setiap tahun AIS merekrut 600 atlet dari 25 cabang olahraga untuk ditempa menjadi atlet dunia dengan dukungan dana dari pemerintah dan pihak swasta. “Sport is the first form of Australian foreign policy”.

Keberhasilan Australia itu ditiru Inggris, yang pada 1999 meluncurkan dua program untuk mempercepat prestasi atlet Inggris di Olimpiade. Pertama, membangun pusat latihan modern UK Sport Institute (UKSI) di 10 daerah. Kedua, meluncurkan program World Class Performance, yang fokus pada penggalangan dana baik melalui sponsorship maupun undian berhadiah.

Sementara itu, pembinaan atlet di AS selalu berkaitan dengan pendidikan. Kompetisi olahraga antarsekolah dan universitas sangat padat dan seorang yang ingin menjadi atlet disyaratkan memperoleh nilai baik dalam pelajarannya.

Pembinaan olahraga melalui sekolah dan universitas dikoordinasi oleh National Collegiate Athletic Association (NCAA), yang didirikan pada 1906. Para atlet dibina untuk menjadi atlet dunia, Olimpiade, dan profesional. Para atlet tersebut bisa saja menerima sponsor pribadi. Tiger Wood, Shaquille O’Neal, Lindsay Davenport, Michael Phelps adalah atlet-atlet yang selain menapak karier di olahraga, juga tetap bersekolah di perguruan tinggi.

Atlet Andalan Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Sejak berakhirnya SEA Games 2007, pemerintah mencanangkan program atlet andalan (PAL). Diperkirakan ada 100 atlet andalan yang dipersiapkan untuk menghadapi SEA Games 2011. Biaya yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atlet tersebut bisa mencapai Rp 700 miliar. Karena untuk 2011, jelas targetnya adalah meraih kembali kejayaan Indonesia sebagai negara terbaik di Asia Tenggara dalam bidang olahraga.

Ada beberapa kelemahan dari program ini. Pertama adalah mengapa defining victory hanya di tingkat SEA Games dan bukan Olimpiade? Selama ini memang tidak jelas fokus utama pemerintah dan KONI/KOI. Kita semua tahu bagaimana minimnya persiapan atlet dalam menghadapi Olimpiade Beijing 2008. Peluang Lisa Rumbewas mengukir sejarah dengan menjadi atlet pertama Indonesia yang meraih medali di 3 Olimpiade gagal karena kurang bertanding.

Tidak jelasnya fokus dan prioritas pemerintah dan KONI/KOI juga terlihat dari keputusan menjadi tuan rumah Asian Beach Games (ABG), 18-25 Oktober 2008 di Bali. Dana yang dibutuhkan untuk olahraga yang sifatnya rekreasi dan hiburan ini bisa mencapai lebih dari Rp 300 miliar. Untuk penyelenggaraan, pemerintah membantu dana sekitar Rp 150 miliar, sementara untuk pemusatan latihan sekitar Rp 21 miliar. Padahal untuk Olimpiade 2008 pemerintah hanya mengalokasikan Rp 35 miliar. ABG, yang diselenggarakan di tepi pantai, di mana prestasi dan rekam jejaknya pun akan hilang tertiup angin, malah mendapat dukungan dana yang lebih besar daripada persiapan Olimpiade.

Kedua, di manakah 100 atlet andalan Indonesia berlatih? Sejak berubahnya kompleks olahraga Senayan menjadi pusat perbelanjaan, Indonesia praktis tidak memiliki pusat latihan nasional yang terpusat di satu lokasi, berfasilitas modern termasuk peralatan, laboratorium, dan medis.

Ketiga, struktur dan personel yang duduk di program atlet andalan kita ternyata tidak penuh waktu. Bahkan banyak personel yang merangkap jabatan di induk organisasi dan KONI/KOI. Proses pembinaannya pun bisa akan kita duga. Selain tidak fokus, juga terjadi konflik kepentingan karena ingin mengajukan cabang dan atletnya sendiri ikut dalam program ini.

Keempat, program atlet andalan adalah puncak dari proses pembinaan atlet. Mereka dapat dikategorikan sebagai atlet yang dilatih untuk memenangkan setiap pertarungan (train to win). Pertanyaannya, bagaimana dan apa program pemerintah dalam pembinaan atlet di akar rumput (fundamental train), yaitu di sekolah-sekolah dasar dan menengah?

Kelemahan-kelemahan mendasar di atas mestinya sudah harus ada jawabannya terlebih dulu baik oleh pemerintah maupun KONI/KOI sebelum meluncurkan meluncurkan program atlet andalan. Karena itu, petinggi olahraga di Indonesia harus sepakat dulu tentang model percepatan prestasi atlet yang akan diterapkan. Model apa pun yang diambil harus dimulai dari menentukan defining victory dari pembinaan atlet andalan yang tertinggi. Janganlah ambil model di mana defining victory karena ambisi pribadi. Inilah yang membuat olahraga Indonesia semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri.

(Sumber: Bolanews.com)

19 November 2008

TAN JOE HOK


Kisah Tan Joe Hok, legenda hidup badminton Indonesia akan segera
difilmkan. Ternyata perjalanan panjangnya bermula dari Pasir Kaliki,
Bandung, di lingkungan yang serba sulit di zaman perang.
AKHIR bulan lalu, Tan Joe Hok menemui Wakil Gubernur Jabar Yusuf Macan
Effendi atau Dede Yusuf. Intinya, Tan Joe Hok minta dukungan moril
menjelang pembuatan biopic (biographical pictures) dirinya.
Produser filmnya Olivia Zalianty, gadis muda yang baru saja
menyelesaikan studi di Beijing. Adik aktris Marcela Zalianty ini
menggandeng Raden Kholid Akhmad dari Tremores Production. Film akan
disutradarai Wiendy Widasari, dan syuting mulai awal 2009.
"Saya lahir di tempat kumuh, lewat tangan dukun beranak. Hidup
keluarga kami di masa kecil sangat menderita, karena ketika itu zaman
revolusi. Bagi kami, apa yang kami bisa lakukan untuk negara ini, akan
kami perbuat, meski kecil," tutur Tan Joe Hok di depan Dede Yusuf.
Keduanya bertemu di kantor Dede di Gedung Sate, Senin (30/6). Upaya
Tan tak bertepuk sebelah tangan. "Sudah sepatutnya, tokoh-tokoh bangsa
diangkat ke film, apalagi Pak Tan juga putra Jabar. Ini agar anak muda
tahu, siapa yang telah berjuang untuk bangsanya," kata Dede.
Tan Joe Hok alias Hendra Kartanegara adalah pebulutangkis Indonesia
pertama yang turut menyabet All England dan medali emas Asian Games.
Selain itu, ia merupakan anggota tim bulu tangkis Indonesia ketika
merebut Piala Thomas 1958, gelar pertama bagi Indonesia.
Namun, Tan yang masih gagah, antara lain berkat rajin fitnes itu,
keberatan dirinya disebut pahlawan. "Saya menolak dikultuskan. Tapi,
saya setuju ada film ini, semoga bisa membangkitkan semangat
perjuangan anak muda," kata pria kelahiran Babatan, Bandung, 11
Agustus 1937 ini.
Selain bertatap muka dengan Dede, Tan dan tim produksi film Tan Joe
Hok, pada hari itu, melakukan napak tilas ke tempat-tempat yang pernah
jadi bagian dari perjalanan hidup Tan di Bandung.
Napak tilas ini untuk melengkapi skenario film yang digarap Salman
Aristo mulai September 2008. Di kediaman kakak Tan Joe Hok, Tan Li Lan
alias Lanny Hartanto (74), di kawasan Pasir Kaliki, Tan Joe Hok sangat
terharu saat bertemu dengan sahabat lamanya, Tutang Djamaluddin (73).
Dia juga bertemu teman sepermainannya, Lim Tjoen Liat alias David
Lukman. Tutang, yang juga mantan atlet bulu tangkis nasional, adalah
teman Tan berlatih bulu tangkis di Klub Pusaka dan di Pelatihan Tenaga
Kerja di Jalan Gatot Soebroto, Jakarta tahun 1950-an.
Kini, klub Pusaka sudah jadi tempat pemotongan ayam. Napak tilas hari
itu berakhir di rumah mendiang orangtua Tan, pasangan Tan Tay
Peng-Khoe Hong Nio, di Jalan Gedong Sembilan No 9, Pasir Kaliki,
Bandung. Rumah tersebut saat ini ditempati adik Tan.
"Cerita hidup Pak Tan ini menarik karena ada sisi dramatisnya.
Hebatnya, Pak Tan tak butuh motivator dan pelatih, tapi dia maju
karena dirinya," kata Wiendy.
Salah satu penggalan masa lalu Tan adalah kisahnya berlatih
bulutangkis bersama Tutang Djamaluddin. Setiap akan berlatih bulu
tangkis, Tan dan Tutang naik sepeda ontel dari rumah masing-masing
sambil memegangi raket tak bersarung dan tiga kok yang dibungkus
kertas koran.
Di usia 17 tahun, Tan Joe Hok mulai mengikuti kejuaraan-kejuaraa
tingkat nasional. "Setiap bertanding, kita pergi naik kereta gerbong
karena lebih murah. Padahal sengsara," kenang Tan. Saat itu, Tan sudah
mengalahkan pemain senior, Nyoo Kim Bi asal Surabaya.
"Karena budget pemerintah pas-pasan, saya jadi pemain single dan
double. Prinsip saya, harus jadi juara pertama, karena juara dua itu
loser nomor satu dan juara tiga loser nomor dua," tutur Tan.
Setelah itu, pemerintah baru membentuk Tim Thomas terdiri atas Eddy
Yusuf, Tan King Wan, Nyoo Kim Bi, dan Li Po Jan, Thio Tjoe Dyen, Tan
Ti Abeng, dan pemain tambahan yang didatangkan dari Belanda, Ferry
Souneville.
"Kemenangan kita membuat Indonesia mulai dipandang oleh dunia luar.
Karena selama ini, kita underdog. Yang ditakuti kan tim Denmark," kata
Tan. Berkat kejeniusannya, Tan meraih beasiswa kuliah jurusan teknik
mesin di Texas, Amerika Serikat, mulai tahun 1958.
Namun demikian, Tan masih siap jika pemerintah Indonesia sewaktu-waktu
memanggilnya pulang. Di masa Orde Baru, semua warga etnis Tionghoa
diharuskan ganti nama. Pangdam Siliwangi HR Dharsono saat itu, memberi
nama baru pada Tan, yakni Hendra Kertanegara.
"Yang penting tetap ada Tan-nya," ujar Tan. Maka, di Asian Games 1962,
Tan sudah ganti nama. "Yang menarik, Tan merasa sakit hati dengan
banyaknya peraturan pemerintah yang dinilainya tak masuk akal terhadap
warga keturunan, sehingga berkali-kali bilang mau gantung raket. Tapi,
setiap ada panggilan untuk membela negara, dia selalu siap. Jadi, isu
rasisme memang tak bisa dihindari di film ini," ujar Salman Aristo,
penulis skenario film Tan.
"Bahkan, tahun 1964, dia seharusnya bisa dapat titel S2 di Amerika,
karena tinggal empat SKS lagi, tapi dia memilih kembali ke Indonesia.
Ketika itu, Indonesia sedang bergejolak. Jika saat itu sebagian orang
memilih kabur keluar negeri, Pak Tan malah pulang. Pak Tan bilang,
kurang Indonesia apa saya ini," kata Kholid, produser film Tan.
Namun, kata Salman, film ini tetap dibumbui kenakalan dan kelucuan
anak remaja, termasuk kisah asmara Tan. "Sebelum tahun 1956, kita
masih latihan bareng di Bandung. Selesai latihan suka main jelangkung.
Pas Tan tanya ke jelangkung, dia nanti bakal jadi apa, eh
jelangkungnya nulis jadi juara. Bener deh, dia jadi juara terus,"
kenang Tutang.
Kemenangan pertama tim Indonesia di Thomas Cup pun disambut meriah
dengan tabuhan bedug di masjid dan lonceng di gereja dan disiarkan di
radio. "Tim pemenang ini juga diarak dari Jakarta ke Bandung, lewat
Puncak," kata Tutang, karib Tan Joe Hoek di masa muda.

PEMBINAAN BULUTANGKIS TERFOKUS PADA DAERAH

JAKARTA - Pembinaan bulu tangkis Indonesia sementara waktu terfokus di daerah. Mereka saat ini tidak lagi menjalani pemusatan latihan di Cipayung, Jakarta.

Kondisi ini terlihat aneh di saat banyak pihak berkoar tengah meningkatkan prestasi bulu tangkis Tanah Air. Harapan kini tinggal bergantung kepada Pengurus Daerah (Pengda) untuk menjaga konsistensi pemain pelatnas Cipayung sejauh ini.

Lius Pongoh selaku Kabid Pembinaan dan Prestasi PB PBSI mengatakan, pihaknya telah memulangkan pemain ke daerah mereka masing-masing. Pemulangan mereka disebabkan karena periode kepengurusan hampir habis jelang Musyawarah Nasional (Munas) pada 13-15 November 2008.

Selain itu, faktor klasik dana merupakan alasan utama. "Kabar ini bukan barang baru lagi. Mereka sudah tidak lagi di Cipayung hingga kepengurusan baru terbentuk," kata Lius, Jumat (7/11/2008), yang belum tahu kapan pemain akan dipanggil kembali ke Cipayung.

Menurutnya, alasan itu pula yang membuat pihaknya gagal mengirimkan pemain berlaga di Super Series dan Grand Prix yang masih menyisakan beberapa turnamen lagi.

Menurut situs BWF, Indonesia hanya akan diwakili seorang Taufik Hidayat di China Super Series pada 18-23 November 2008. Itu pun atas undangan panitia turnamen tersebut. Di turnamen itu, Taufik sudah langsung bertemu dengan Boonsak Ponsana asal Thailand di babak pertama.

Sementara bagi pemain Indonesia lain yang masih bersikeras akan ikut serta di turnamen lanjutan. Maka, mereka harus rela merogoh kocek sendiri tanpa ada dukungan dari otoritas bulu tangkis Indonesia.

Kondisi itu terjadi bagi Tommy Sugiarto yang membela Indonesia di Selandia Baru Grand Prix pada 11-15 November 2008. "Dia berangkat atas dana sendiri tanpa bantuan siapa pun. Semua bisa ikut serta dengan catatan menggunakan dana sendiri,"ungkapnya.

sumber:http://sports.okezone.com/index.ph p/ReadStory/2008/11/07/40/161839/pembinaan-bulu-tangkis -terfokus-di-daerah

tgl:Jum'at, 7 Nopember 2008 - 20:06 wib

FINAL SUPER SERIES

Sempat tertunda tahun lalu, akhirnya ajang penutup tahun Final Super Series Master akan terealisasi tahun ini.Kota Kinabalu di Negara Bagian Sabah, Malaysia, dipercaya menjadi tuan rumah, 18-21 Desember.

.

Sejak turnament Super Series digelar awal tahun lalu, Badminton World Federation (BWF) berencana untuk menggelar sebuah turnament elite penutup thn. Turnament ini hanya bs diikuti 8 pemain atau pasangan terbaik sepanjang tahun. Slot peserta ditentukan dr poin yg diraih dr 12 turnament super series yg ada. Hadiah yg d tawarkan pun sungguh menggiurkan, total sbnyk 500 ribu dollar AS (sekitar Rp 5 milliar).

Tahun lalu, ajang ini sempat ditunda beberapa kali. Awalnya Malaysia ditunjuk sebagai tuan rumah, tapi batal lantaran jdwlnya berbenturan dgn Hari Raya Idul Adha. Lalu ada rumor turnamen ini akan dibawa ke negara Timur Tengah, tapi akhirnya juga gagal digelar lantaran bermasalah dgn sponsor. Sempat jg terdengar Final Super Series Master 2007 akan digelar di awal 2008. Namun, berita itu menguap ketika semua pemain fokus dgn persiapan Thomas-Uber serta Olimpiade Beijing.

"Kami kecewa thn lalu. Tapi thn ini kami senang mengumumkan turnamen prestisius ini siap digelar di Kinabalu. Tahun ini kami memiliki beberapa partner untuk membuat turnamen ini terealisasi" ujar Sekjen BWF, Stuard Borrie, di Stadion Juara, Bukit Kiara, Kuala Lumpur, Jum'at (31/10). Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM). Yonex Sunrise, dan televisi pemegang hak siar, ISC, adlh sponsor yg d mksd Borrie.

Presiden BWF, Dr. Kang Young-Joong, dlm rilisnya yg dimuat d situs BWF menyebutkan setelah cabang Bulutangkis di Olimpiade Beijing menjadi salah satu olahraga yg sering ditonton, kini saatnya BWF memberikan perhatian lbh buat pemain dgn menggelar turnamen elite berhadiah menggiurkan "Ini bnr2 sebuah kesempatan baik buat para pemain top untuk meraih hadiah besar sprti rekan2 mrk di cbng Tennis. Ini sekaligus jg sebuah tontonan menarik buat semua pihak krn hnya pemain2 TOP yg tampil" ujar lelaki asal KorSel tsbt.

Dengan aturan hnya 8 pemain/pasangan teratas yg berhak tampil dan maksimal hanya 2 wakil dr tiap negara, Indonesia msh meloloskan sejumlah pemain.

Ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan, Tunggal Putra Sony Dwi Kuncoro, Ganda Putri Vita Marissa/Lilyana Natsir, dan ganda Cmpuran Nova Widianto/Lilyana Natsir adlh mrk yg berhak tmpil d Kinabalu.

Sementara itu, Lantaran keterbatasan dana, PBSI berencana tak mengirimkan pemain ke Super Series Terakhir, Hongkong dan Cina. Namun, besarnya hadiah d Kinabalu tentu menyedot perhatian para pemain TOP.

"Kami akan tetap berangkat dgn biaya sendiri kalaupun PBSI tak memberangkatkan Pemain" Tegas Hendra Setiawan.

.

Sumber: Tbloid Bola edisi Jum'at 7 November 2008

EVALUASI PUTRI MASIH SOAL MENTAL

Hasil kurang mengesankan dipetik pebulutangkis putri Indonesia yang turun di dua turnamen Super Series Eropa, Denmark dan Prancis. Di tunggal, tak ada wakil yang bisa menembus semifinal, sedangkan di nomor ganda, pebulutangkis kita gagal di final.

Trio tunggal, Maria Kristin, Adriyanti Firdasari, dan Pia Zebadiah, meraih hasil yang berbeda. Di Denmark SS (21-26 Oktober), kegagalan diawali Pia, yang takluk di babak pertama melawan Judith Meulendijks 15-21, 18-21. Maria menyusul di babak kedua setelah kalah dari Lu Lan (Cina) 19-21, 21-12, 16-21. Di babak perempatfinal, giliran Firda kalah dari Tine Rasmussen (Denmark), 15-21, 18-21.

“Firda sejak babak pertama sebetulnya sudah main bagus. Namun, di poin-poin penting seringkali terlalu tegang sehingga tak bisa main lepas lagi,” ujar Marlev Mainaky, pelatih tunggal putri.

Di Prancis (28 November-2 November), Firda dan Pia sudah terhenti di babak pertama. Pia kalah 15-21, 16-21 dari Eriko Hirose (Jepang), sedangkan Firda takluk dari Lu Lan 21-23, 17-21.

Firda padahal sempat unggul di dua gim. Namun, menurut Marlev, minimnya ketenangan yang dimiliki Firda membuat lawan akhirnya unggul.

Sementara itu, Maria lagi-lagi harus mengakui keunggulan Lu Lan 21-16, 10-21, 19-21. Sejak menang di perebutan perunggu Olimpiade Beijing lalu, Maria tak pernah lagi bisa menang atas Lu Lan di Jepang SS, Denmark SS, Prancis SS. Tiga duel Maria vs Lu Lan selalu berakhir dengan tiga gim dan angka ketat.

“Maria selalu hampir menang. Lebih baik hampir kalah tapi menang daripada hampir menang tapi kalah. Faktor utamanya masih di mental,” jelas Marlev.

Ganda Positif

Hasil berbeda diraih nomor ganda. Tampil dengan formasi yang baru dipasangkan setelah Olimpiade, hasil positif diraih pasukan Cipayung.

Di Denmark, Greysia Polii/ Nithya Krishinda melaju hingga semifinal sebelum kalah dari Eei Hui Chin/ Wong Pei Tty (Malaysia) 19-21, 16-21. Hasil lebih baik diraih Jo Novita/ Rani Mundiasti, yang mencapai final meski akhirnya kalah dari Eei/ Wong 21-23, 12-21. Sebelum Denmark, Jo/Rani juga sempat mencapai final di Taiwan Gold GP, September lalu.

Sayang, di Prancis hasil ini tak terulang. Seluruh pasangan putri, termasuk ganda terbaik Lilyana Natsir/ Vita Marissa, terhenti sebelum semifinal. ''Memang masih perlu banyak perbaikan untuk mencapai hasil yang maksimal. Namun, untuk ganda putri, apalagi pasangan baru, bisa lolos ke final adalah hal positif,'' ujar Aryono Miranat, pelatih ganda putri.

(Sumber: Bolanews.com)

INDONESIA MENATAP PIALA SUDIRMAN 2009


PEKAN lalu di Kantor PB PBSI, Senayan, Jakarta, Sekretaris Jenderal PB PBSI MF Siregar mengatakan, materi tim Indonesia untuk tim Sudirman 2009 seharusnya lebih kuat dibandingkan dengan tim Sudirman 2007.

Tokoh bulu tangkis yang biasa disapa dengan panggilan Opung itu memang tahu benar perkembangan prestasi pemain-pemain pelatnas Cipayung.

Opung menyebut nama Maria Kristin yang bisa diandalkan di tunggal putri, seiring dengan prestasinya yang cukup konsisten sejak menjadi finalis Indonesia Terbuka Super Series.

Tak hanya medali perunggu Olimpiade Beijing yang menjadi patokan, menurut Opung, Maria Kristin kini sudah bisa bersaing dengan pemain-pemain tangguh asal China yang menjadi peta kekuatan dunia untuk sektor tunggal putri.

Melanjutkan penilaian yang diberikan Opung, nomor ganda putra dan campuran juga masih bisa diandalkan untuk selalu menyumbangkan poin dalam kejuaraan yang akan digelar di Guangzhou, China, Mei tahun 2009 itu.

Di ganda putra tentu saja ada juara dunia dan olimpiade, Markis Kido/Hendra Setiawan.

Adapun di nomor ganda campuran, Nova Widianto/Liliyana Natsir masih bisa diandalkan, selain pasangan baru Muhammad Rijal/Vita Marissa yang membuat kejutan dengan menjuarai Jepang Terbuka Super Series pada penampilan perdana mereka.

Ada Sony

Pada sektor tunggal putra modal tim Indonesia ada di tangan Sony Dwi Kuncoro yang tengah on fire setelah tersingkir di perempat final Olimpiade Beijing.

Sony sudah bisa mempraktikkan taktik tidak terpancing tipe permainan lawan, termasuk melawan pemain-pemain China di negeri mereka sendiri.

Bao Chunlai dan Chen Jin dikalahkan Sony dengan tidak mengikuti pola permainan cepat lawan untuk meraih gelar China Terbuka, setelah pekan sebelumnya menjuarai Jepang Terbuka.

Dari lima nomor, ganda putri mungkin menjadi yang terlemah bagi Indonesia saat ini. Vita/Liliyana yang saat ini berperingkat ketujuh dunia memang bisa diandalkan.

Namun, salah satu dari mereka pasti harus bermain rangkap jika harus bermain di nomor ganda campuran.

Melihat kekuatan pemain-pemain Indonesia saat ini, partai final rasanya masih bisa dicapai. Tetapi, apakah penampilan yang mereka capai saat ini bisa dipertahankan hingga Mei 2009?

Seusai menjuarai China Super Series, melalui layanan pesan singkat (SMS) Sony bertekad ingin menjadi juara pada turnamen lain dengan level yang lebih besar.

”Biasa saja rasanya. Jadi, juara ini buat saya untuk lebih mematangkan mental lagi buat jadi juara dunia dan lain-lain,” komentar Sony.

Dengan pernyataannya tersebut, hal positif dari Sony setidaknya sudah terlihat. Pemain asal Surabaya ini sudah memiliki tekad untuk tampil lebih baik karena bersaing pada turnamen lebih besar tentu harus bisa bermain dengan lebih baik pula.

Cadangan

Tak hanya mempertahankan atau meningkatkan penampilan, bertanding dalam kejuaraan sebesar Piala Sudirman memerlukan materi pemain cadangan yang kekuatannya berimbang dengan pemain utama.

Hal ini diperlukan tidak hanya untuk jaga-jaga ada pemain yang cedera, tetapi bisa dibutuhkan untuk strategi terkait formasi variasi.

Di tunggal putra, Simon Santoso menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan Taufik Hidayat untuk mendampingi Sony.

Meski pengalaman Taufik lebih banyak dalam berbagai kejuaraan beregu namun, faktor usia tak bisa dimungkiri bakalmemengaruhi penampilan. Tahun 2009 Taufik akan memasuki usia 28 tahun.

Selain itu, mempersiapkan Simon untuk menjadi anggota tim Sudirman bisa berdampak untuk jangka panjang agar pemain asal klub Tangkas Alfamart Jakarta ini semakin matang untuk bisa tampil di Olimpiade 2012.

Memilih pemain muda sebagai pelapis juga bisa dilakukan di tunggal putri. Di nomor ini ada Pia Zebadiah yang sudah punya pengalaman menjadi anggota tim Uber 2008.

Mantan pemain Susy Susanti yang saat kejuaraan Piala Uber menjadi Manajer Tim Indonesia pernah mengatakan, mental Pia cukup tangguh untuk mengemban tugas berat dalam kejuaraan beregu. Hal ini pernah ditunjukkan adik dari Kido tersebut saat menjadi penentu lolosnya Indonesia ke final.

Pilihan untuk ganda putra sebenarnya lebih banyak. Selain Rian Sukmawan/Yonathan Suryatama Dasuki yang Agustus lalu kembali berlatih di pelatnas Cipayung, ada pula Joko Riyadi/Hendra Aprida Gunawan dan pasangan muda Muhammad Ahsan/Bona Septano yang baru-baru ini membuat kejutan dengan menjadi finalis Jepang Terbuka.

Tugas pelatih sekarang adalah menyiapkan mereka untuk tampil di kejuaraan beregu yang atmosfernya berbeda dengan turnamen individu.

Apalagi, mendapat satu angka dari ganda putra dari setiap lawan lebih sulit dibandingkan dengan nomor lain. Persaingannya merata di antara beberapa negara, seperti Korea Selatan yang punya Jung Jae-sung/Lee Yong-dae dan Lee Jae-jin/Hwang Ji-man.

Malaysia juga memiliki dua pasangan yang sama tangguhnya, yaitu Koo Kien Keat/Tan Boon Heong dan M Fairuzizuan/M Zakry. Selain itu, ada China, Denmark, dan Jepang yang juga sama-sama akan berusaha mendapat angka dari ganda putra.

Mematangkan pemain untuk tampil dalam sebuah tim juga harus dilakukan sektor ganda putri. Apalagi, nomor ini baru saja melahirkan ganda-ganda baru yang belum begitu teruji dalam kejuaraan internasional.

Prestasi terbaik Greysia Polii/Nitya Krishinda, yang sangat diharapkan bisa menjadi pelapis Vita/Liliyana, barulah mencapai babak perempat final di Jepang Terbuka.

Meski perubahan pasangan di ganda putri dilakukan untuk tujuan jangka panjang, akan lebih baik jika nomor ini juga menyumbangkan angka di tim Sudirman nanti.

Kejuaraan Piala Sudirman 2009 di Guangzhou, China, memang baru berlangsung Mei. Namun, mempersiapkan tim yang solid untuk menjadi juara dalam waktu delapan bulan bukan hal yang mudah.

Pia Zebadiah Bernadet


Rasa pepat itu seperti menggunung di dada Pia Zebadiah Bernadet. Sudah lama gadis itu menekuni bulutangkis sejak kelas 1 SD. Ia tahu persis kemampuannya. Walaupun sudah lama di gembleng di Pelatnas Bulutangkis di Cipayung, gadis itu merasa keahliannya di kategori tunggal putri sudah mentok. Berhari-berhari pikirannya di selimuti ide untuk pindah jalur menyeberang ke pemain ganda. Makin hari niat untuk berganti jalur itu kian kuat "berat rasanya" kata Pia mengeluh kepada kakak'a Markis Kido. Namun, niatnya itu tiba-tiba meleleh. Markis salah satu bulutangkis top dunia di nomor ganda membujuknya. Lelaki itu tahu persis potensi adiknya. "Kalau tak mampu, baru pindah ke ganda putri". Nasihat itu seperti suntikan baru bagi Pia. Buat Pia, Markis adalah sumber inspirasi. "Uda [kakak] itu kayak konsultan karierku. Dia rela menjual mobilnya untuk membiayai saya mengikuti kejuaraan di luar negri". Dengan semangat baru itu meski sempat terseok-seok, Pia akhirnya menjelma menjadi pemain putri andalan Indonesia. Di SEA Games Thailand lalu, Pia bahkan menjadi pahlawan tim merah-putih. Saat menghadapi Singapura di partai final, seluruh harapan untuk meraih medali emas ada di pundaknya. Hingga pertandingan ke 4 Indonesia dan Singapura berbagi angka sama 2-2. Pia turun menjadi juru kunci di tunggal ke 3. Sebelumnya, tunggal ke 2 Adrianti Firdasarì yg di harap menyumbang angka, tumbang. Rasa percaya dirinya tiba-tiba lenyap. Apalagi grafik prestasinya sedang anjlok drastis. Di tambah lagi cedera kakinya yg mengganggu penampilannya. Lawan yg harus di hadapi adalah Fu Mingtian, pemain yg pernah mengalahkannya. Pia merasa tak punya harapan. Rekan & ofisial tim menyemangatinya. Tak ada yg berhasil. Namun, hati Pia langsung terlecut ketika Markis membisiki "kapan lagi bisa jadi pahlawan". Pia masuk arena dgn menahan rasa sakit yg terus menusuk. Rasa sakit itu ia coba buang jauh-jauh dari pikirannya. Ia mencoba menikmati setiap nyeri yg berdenyut. Set pertama di lalui dgn kemenangan. Pada set ke 2 Pia menyerah. Pada set penentu, ketika Pia unggul 20-10 dan tim Indonesia berada di ambang kemenangan, semua merasa optimis, kecuali Markis "biar unggul 20-10, kalau keseleo terus mundur tetap saja gagal" katanya. Pia akhirnya menang. Air matanya bercucuran. Kepada wartawan setelah pertandingan Pia mengaku terharu bisa menjadi pahlawan. Namun, dua bulan setelah itu, Pia mengungkapkan kejadian sesungguhnya yg membuat ia menangis."saya menahan rasa sakit. ampun nggak ketolongan," ucap Pia sembari tertawa terbahak mengingat kejadian itu.
Dulu ia tak pernah membayangkan raket bulutangkis akan membawanya sejauh ini. Pia mengenal bulutangkis dr ibunya, Yul Asteria Zakaria. Saat itu Pia masih duduk di kelas 1 SD Nusa Indah, Bekasi. Yul memasukkan Pia kecil untuk berlatih di klub Dian Jaya di Bekasi. Setelah duduk di kelas V, Pia di pindahkan ke klub Jaya Raya. Dia pun langsung menghuni asrama klub tersebut. Di klub Jaya Raya inilah Pia mengaku banyak mendapat pelajaran berharga. Salah satunya adl cara berlatih. "kalau mama melihat saya berlatih nggak sampai keringatan, dia akan terus meminta saya berlatih sungguh-sungguh," katanya. Tahun awal masuk asrama adl tahun berat bagi Pia. Sebagai pendatang baru dgn prestasi minim, dia sering mjd bahan ejekan para seniornya. Hal itu membuat Pia gerah. Ia pun bertekad membuktikan bahwa dirinya pantang menyerah. Semangat pantang menyerah itu pula yg membawa Pia masuk asrama sekolah khusus atlet di Ragunan, Jakarta, lalu melompat kejenjang yg lebih tinggi lagi, asrama pelatnas Cipayung. Namun, ada 1 hal yg membuat nyalinya menciut. "ruangan gelap" katanya serius. Gara-gara gelap itu, Pia kerap menangis sebelum tidur saat pertama kali berada di asrama. Penyebabnya, Greysia, rekan sekamarnya, punya kebiasaan mematikan lampu sebelum tidur. Pia yg merasa segan kpd seniornya itu tak berani menyalakan lampu. Akibatnya dia rela tidak tidur semalaman suntuk. Walhasil, mata bengkak & badan lemas saat latihan keesokan harinya. Sifat penakut terhadap suasana gelap ternyata juga menghindapi kakaknya, Markis. Bahkan, jika pada malam hari salah 1 dari mereka ingin pergi ke kamar mandi untuk sekadar buang air kecil, mereka saling mengantarkan. Di Cipayung, selain Markis, Pia memiliki konsultan lain. Yg ini untuk urusan lebih pribadi. Konsultan itu tak lain adl kakak ke 2 Pia, Bona Septano. Bona mjd org kepercayaan Pia untuk mencurahkan isi hatinya. Bahkan, ketika Pia membutuhkan pendapat lain soal kekasih, Bona mjd teman bicaranya. Lalu siapa kekasih Pia? "weits, itu rahasia dong" katanya dgn malu-malu. Tapi tampaknya tidak ada rahasia dlm keluarga "lho, kan dia sama Tommy Sugiarto" ucap Markis berseloroh. Bersama ke 2 kakaknya itulah Pia mengaku tak pernah kesepian di Cipayung.

sumber:Koran Tempo Rubrik Olahraga edisi 2008-3-2

11 November 2008

Maria Kristin Yulianti,Karier Penuh episode Tangis-Tawa


"Mau bertemu Markis-Hendra atau Maria Kristin?" sapa seorang pegawai di Pelatnas bulutangkis ketika Bintang bertandang akhir Agustus. Dari obrolan singkat itu kami jadi tahu nama yang disebut-sebut tengah jadi buruan media massa dan perhatian sesama pemain. Ketika kami datang sebulan kemudian memotren Maria Kristin untuk edisi ini, kesan itu makin kental. Selama proses pengambilan gambar, Maria yang memakai gaun putih jadi bahan godaan Sonny Dwi Kuncoro dan kawan-kawan. "suit-suit" ledek Bandar Sigit Pamungkas,seorang pemain junior. "asyik juga nih" tambah Simon Santoso,pemain no. 3 Ina. Maria sendiri hanya mesam-mesem seraya melontarkan balasan " iya nih, mau pindah profesi jadi model"

Maria populer dan layang dinobatkan sbg Bintang Potensial tahun ini. Dia mengalirkan gelombang positif ke sektor Tunggal Putri yang sejak pensiunnya Susy Susanti dan kepindahan Mia Audina ke Belanda lesu prestasi. Dia menjadi tombak tim Piala Uber menembus babak final,runner up Ina SS, puncaknya merebut medali perunggu Olimpiade Beijing 2008. Kini Maria melenggang ke posisi 14 dunia. Dengan pencapaian itu Maria meletakkan fondasi dan membuka cakrawala rekan-rekannya. Stigma inferior saat berhadapan dgn pemain putri China kini samar-samar. Lihat saja Adrianti Firdasari yg melesat ke babak perempatfinal Denmark Super Series dengan mengalahkan pebulu tangkis top Wang Chen, Pia Zebadiah merayakan semifinal pertamanya di Taiwan Open,Fransisca Ratnasari melaju ke perempat final Macau Terbuka dgn menggusur pemain 10 bsr dunia Yao Jie, dan Maria Febe juara turnamen Grand Prix Bittburger Open. "saya gembira pemain lain nggak takut lagi saat lawan pemain top. Kami bisa bahu-membahu" tukas dara bertinggi 169 cm ini.

Apa yang dicapai Maria tidak datang begitu saja. Niat mencetak prestasi di usia belia, malah jatuh bangun bertahun-tahun. "mau bagaimana ? Saat itu fisik dan teknik saya belum sematang sekarang. Dan pengalaman belum banyak",urai gadis kelahiran Tuban, 2 juni 1985 ini. Sejak masuk pelatnas di usia 17 tahun, karier Maria penuh episode tangis-tawa. Awal yang manis ditoreh, karena baru beberapa bulan di Pelatnas Utama langsung masuk tim inti Piala Sudirman 2003. Tapi dua tahun berjalan Maria "tersisih" , karena dianhap kurang merespons instruksi pelatih dan jelek mental bertandingnya. Pada 2006, awan gelap menaungi langkah Maria. Setelah gagal meloloskan Ina ke putaran final Piala Uber. Ia mendapat ultimatum dari PBSI : juara atau keluar Pelatnas. Maria menjawab peringatan dgn menjuarai sederet turnamen. Lolos dari lubang jarum, bukan bearti Maria lantas dipercaya. Pada 2007, meski peringkatnya sudah menembus 20 besar dunia, lewat berbagai media wakil PBSI lebih menyanjung pemain lain seperti Firdasari dan Fransisca. Tak mutung, Maria membuktikan masih punya taji dgn masuk perempat final Ina Open 2007. Dan namanya baru benar-benar diperbincangkan ketika merebut medali emas Sea Games 2007 dan dinyatakan satu-satunya pebulu tangkis tunggal putri yang lolos olimpiade. "Saya menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. Karena makin banyak bertanding, makin menemukan bentuk permainan."

Usai Olimpiade, Maria melipat gandakan kerja kerasnya. Pasalnya perhatian orang akan sepak terjangnya makin besar. Sejauh ini hasilnya lbh baik dari tahun lalu. Maria berhasil mencapai babak perempat final Jepang SS . "Memang berat,tapi saya harus konsentrasi dan yakin bisa", ujar Maria yakin. Di tengah kesibukannya, ada banyak alternatif utk memotivasi diri. Caranya ? "menikmati keunikan turnamen,seperti ketika main di Paris yang indah" tukas Maria. Keberadaan sang kekasih yang bermain untuk sebuah club di Jawa Tengah juga melecut semangat. Meski terhalang jarak,Maria enjoy. "teknologi sudah canggih. Tiap mau bertanding kami selalu mengirim sms menyemangati",jelas Maria tertawa. Ke depan, Maria mematok target tinggi. "Masuk 10 besar dunia,juara dunia,dan emas olimpiade 2012!" mungkin utk sebagian orang terlalu muluk,tapi kisah sukses di Olimpiade membuktikan Maria bukan pemimpi. Kerja keras dan keyakinannya menorehkan kebanggaan di hati setiap anak bangsa. Jadi mari dukung dan doakan keberhasilan Maria.

sumber:tabloid bintang

10 November 2008

Maria Kristin Yulianti si anak desa


Tuban- Siapa menyangka, seorang perempuan asal desa terpencil di pinggiran Kabupaten Tuban bisa menjadi tenar dan membanggakan bangsa Indonesia.

Itulah yang terlihat dari sosok Maria Kristin Yulianti (23), penghuni pelatnas Cipayung kelahiran Desa Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.

Desa tempat kelahiran Maria, begitu ia biasa dipanggil dilingkungan keluarganya, jauh dari keramaian kota. Itu wajar. Sebab, jarak yang harus ditempuh untuk sampai di desa maria dari Kabupaten Tuban, kurang lebih 50 sampai 60 kilometer.

Itupun harus dilalui dengan jalan berkelok-kelok dan sempit. Namun, baik roda dua maupun empat akan dengan mudah bisa menjangkaunya, karena kondisi jalan beraspal hotmik khas Tuban siap mengantarkannya.

Sebenarnya, jarak yang paling dekat untuk menjangkaunya adalah dari Kota Bojonegoro. Sebab, hanya kurang lebih 20-25 km saja atau sekitar 20 menit perjalanan akan bisa sampai ke rumah berlantai dua di tepian jalan poros kecamatan, antara Kecamatan Parengan dan Senori.

Beritajatim.com yang sempat singgah ke rumahnya sempat menggelengkan kepala. Sebab, dari desa terpencil itulah muncul atlet bulu tangkis nasional yang mulai ditakuti di kancah Internasional.

Jumat (15/8/2008) sore itu, suasana cerah nampak jelas memayungi sekitar Kecamatan Parengan dan Senori. Tak nampak akan turun hujan, seperti sehari sebelumnya.

Hamparan area pesawahan langsung menyambut, saat memasuki Kecamatan Parengan yang memang berbatasan dengan tempat tinggal Maria.

Warga yang ramah pun langsung menyambut, ketika beritajatim.com menanyakan rumah Maria, yang dikalangan warga setempat sangat terkenal. "Ya, mungkin 10 km lagi dari pertigaan Brangkal ini," tegas salah seorang abang ojek kepada beritajatim.com.

Tak lama kemudian, beritajataim.com sampai dirumah bercat putih dengan dikelilingi pagar besi bercat hijau muda setinggi orang dewasa. Nampak bagian sebelah kanan rumah Maria berlantai dua dan belum selesai dibangun.

Rumah tersebut nampak asri, dengan seekor anjing berwarna cokelat yang terus mengawasi siapa saja yang masuk, tak terkecuali beritajatim.com yang berada di luar pagar.

Tidak begitu lama, seorang laki-kai berumur sekitar 45 tahun menyapa ramah dari balik pintu berwarna utama cokelat.

Pria tersebut tak lain adalah bapak dari Maria Kristin Yulianti yang bernama Yuli Purnomo. Tanpa basa-basi, ia langsung mempersilahkan beritajatim.com masuk ke rumahnya yang asri tersebut.

Di ruang tamu berukurang kurang lebih 2×3,5 meter tersebut, dengan santai Pak Yuli, begitu ia biasa disapa warga, bercerita tentang masa kecil Maria yang sulit.

Sebab, Maria hidup di lingkungan keluarga Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan mengandalkan gaji seorang PNS, Yuli dengan sekuat tenaga membesarkan Maria bersama sang istri yang bernama Herbiyanti (42).

Saat mengandung Maria, Yuli yang ditempatkan sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di wilayah Senori, mengaku sangat ingin anaknya yang lahir kelak menjadi pebulu tangkis. Sebab, ia selama ini sangat gemar dengan olah raga teplok bulu tersebut.

Sehingga sangat wajar, kalau ia mempunyai persatuan bulu tangkis (PB) Kumala yang dilatih sendiri di Desa Sembung, Kecamatan Singgahan.

Saat masih bayi, atau sekitar berumur 3 Tahun, Yuli telah mengenalkan bulu tangkis kepada anak pertamanya itu. Walaupun perempuan, ia ingin Maria nanti menjadi perempuan yang tangguh dan mandiri.

Dengan peralatan seadanya, ia dengan sabar melatih dan mengenalkan olah raga yang kurang familier di desa setempat kepada sang buah hati.

Dengan cara mengajak Maria ke tempat latihan, yakni di lapangan gedung KUD Sembung, Yuli mengajari Maria tanpa ada kata mengeluh. Akhirnya, usahanya mulai berhasil dan Maria lambat laun cinta pada olah raga teplok bulu.[bersambung/dul/kun]

Kerja keras pasangan Yuli Purnomo (45) dan Herbiyanti (42) untuk menjadikan Maria Kristin Yulianti sebagai pebulu tangkis hebat mulai kelihatan.

Tepatnya saat kelas 3 di SDN Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Maria, begitu altet nasional itu biasa dipanggil, berhasil menyabet juara satu olah raga bulu tangkis perorangan putri diajang Porseni Se Kabupaten Tuban.

Melihat potensi Maria mulai kelihatan, Yuli dengan segenap kemampuannya berspekulasi menyekolahkan Maria ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, untuk menimba ilmu sekaligus memperdalam ilmu bulu tangkisnya.

Hingga lulus SD, Maria tinggal di Jember dan melanjutkan Sekolah Tingkat Pertama (SMP) di tempat itu juga. Namun, menjelang kelas II SMP, Yuli kembali berspekulasi memindah Maria ke SMP Kudus.

Disana, Yuli mendaftarkan Maria ke sekolah bulu tangkis milik perusahaan rokok, yakni PB Djarum. Ternyata, prestasi Maria makin terasah dan bertambah mengkilat di sekolah yang berada di Jawa Tengah tersebut.

Lambat laun, usia Maria bertambah matang dan ia dilirik oleh pelatnas Cipayung saat masuk final di salah satu pertandingan resmi yang digelar secara nasional.

"Kami lupa, pertandingan apa. Yang pasti, Maria saat itu menembus final perorangan puteri," kata Yuli sambil tersenyum ramah.

Pasca final tersebut, Maria langsung direkrut masuk pelatnas Cipuyung dan melanjutkan sekolah di SMA Ragunan. Kehidupan Maria juga mulai berubah dan ia semakin giat berlatih untuk menunjukkan jati dirinya.

Awal masuk pelatnas, prestasi Maria di tunggal wanita belum nampak, karena masih banyak atlet bulu tangkis wanita yang lebih senior. Namun, Maria tidak pernah putus asa dan terus didorong untuk berlatih serius.

Prestasinya mulai nampak, saat ia dipercaya untuk membela merah mutih diarena super series di beberapa negara. Ia nampak mulai matang dan beberapa kali masuk ke semifinal. Namun, prestasi mengkilap belum juga nampak.

"Pesan kami kepada Maria, ia pokoknya harus lebih giat berlatih," terang Yuli yang mengaku asli dari Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban tersebut.

Akhirnya, yang ditunggu-tunggu muncul juga. Maria dengan perkasa mulai menerobos dominasi pebulu tangkis tunggal wanita China (Tiongkok).

Bahkan, mantan juara dunia yang sekaligus peraih emas Olympiade Athena 2004, Zhang Ning berhasil ia kalahkan pada pertandingan Indonesia Open.

Prestasi Maria terus berlanjut, yakni saat membantu beregu puteri merah putih lolos di partai puncak Uber Cup 2008, sebelum dikandaskan oleh negeri tirai bambu.

"Sejak itulah, Maria menemukan kepercayaan dirinya dan prestasinya bertambah mengkilap. Namun, kami meminta Maria jangan cepat puas diri," lanjut Yuli.

Decak kagum kembali harus dialamatkan kepada Maria saat berhasil menembus semifinal Olympiade Beijing, China. Dan memecahkan penantian panjang tunggal puteri Indonesia, untuk berbicara banyak di event multi tersebut.

Namun, kali ini langkah hebat Maria harus terhenti oleh keperkasaan tunggal gaek tuan rumah, Zhang Ning dengan skor 21-15 dan 21-15.

"Kami sudah cukup puas dengan prestasi Maria, walaupun tidak bisa menembus partai puncak," kenangnya sambil matanya berkaca-kaca.

Mengkilapnya prestasi Maria belakangan ini juga mulai diikuti jejak sang adik, Krisnatan Yulianto yang saat ini membela club PB Suryanaga Surabaya.

Tidak hanya itu saja, adik Maria yang paling kecil, Mahdatalia Yulianti, yang saat ini baru berusia 3,5 tahun, juga sangat menginginkan menjadi pebulu tangkis seperti sangkakak.
Tuban – Kalem dan pendiam. Itulah kesan pertama kali yang didapat seseorang saat melihat Maria Kristin Yulianti, pebulu tangkis nasional yang asli Kabupaten Tuban.

Memang benar, sejak kecil Maria, begitu ia biasa dipanggil, memilik sifat yang mengekor pada ibunya, Herbiyanti (42). Maria memiliki tekad yang kuat, namun juga berwatak keras dan bertingkah laku pendiam.

Kepada beritajatim.com, ayah Maria yang bernama Yuli Purnomo (45) menceritakan banyak mengenai sifat anaknya tersebut.

"Maria tidak pernah manja, namun kalau wataknya sedikit keras memang iya," kata Yuli dengan penuh keyakinan.

Watak bawaan sejak lahir itulah yang hingga kini masih tetap terpatri dalam diri Maria, walaupun ia sudah berada di pelatnas Cipayung. Sehingga, ketika orang tidak bisa menyelami Maria secara utuh, maka akan kebingungan.

Yuli mencontohkan, saat awal mula mengenal olah raga teplok bulu tersebut, Maria sempat keranjingan ingin terus memegang raket. Sampai-sampai akan tidurpun ia selalu membawanya dan ketika dipisahkan, ia akan marah. "Itu salah satu contoh tekad bulat yang dimiliki Maria," terangnya.

Saat latihan pun, terkadang sifatnya yang lain, yakni bertanggungjawab dan memegang amanah, juga muncul. Seperti saat pelajaran fisik, tanpa dihitung pun ia akan mengelilingi lapangan sesuai dengan perjanjian atau ucapan yang dikatakannya.

"Kalau mengitari 10 kali, maka ia akan melakukannya. Bisa-bisa akan lebih banyak dari yang disuruh. Itulah bukti tanggungjawab maria," sambungnya.

Bahkan, karena sifatnya yang pendiam dan sedikit tertutup, Yuli mengaku sempat dimintai masukan oleh pelatihnya yang berada di pelatnas. Karena, pernah Maria tidak bersedia latihan tanpa ada alasan yang jelas.

Sehingga, pelatih fisik pelatnas Cipayung kebingungan yang melihat Maria langsung meninggalkan tempat latihan ke kamarnya saat diminta melakukan pemanasan.

Usut punya usut, ternyata Maria mengaku kakinya sedang sakit dan terasa ngilu saat dibuat lari. Sehingga, pelatih baru menyadari kalau Maria perlu istirahat.

"Memang, kalau tidak ditanya, maka Maria akan sulit berbicara banyak," sambungnya.

Kondisi seperti itulah yang terkadang mempengaruhi permainan Maria di lapangan beberapa tahun lalu. Namun, sejak dipegang pelatih Hendrawan dan saat ini Marlev Mainaki, watak Maria mulai diketahui pelatih.

Sehingga, ketika ada apa-apa, pelatih akan langsung mendekati Maria untuk memberikan motifasi atau sekadar menanyakan apa yang terjadi. "Pernah lho setelah mengalahkan Zhang Ning, Maria kalah dengan pebulu tangkis non unggulan asal Bulgaria karena gara-gara sakit gigi," tambah pria yang setiap hari bertugas sebagai PNS di PPL Senori itu.

Disamping wataknya seperti itu, Maria sangat royal kepada siapa saja, khususnya ke keluarga. Seperti beberapa waktu lalu setelah Sea Games, hasil uang yang didapatkan ia berikan untuk merenovasi rumah yang baru jadi disamping.

"Selain ke keluarga, Maria tidak pernah perhitungan dengan teman atau family lainnya," lanjutnya.

Ada rutinitas tersendiri di keluarga pasangan Yuli Purnomo (45) dan Herbiyanti (42) warga Desa Rayung, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban.

Yakni melihat anak puteri pertamanya, Maria Kristin Yulianti, yang tak lain adalah altet bulu tangkis tunggal wanita kebanggaan Indonesia, ketika bermain di tiap turnamen yang diikutinya.

Walaupun hanya di layat televisi, keluarga Yuli tidak pernah melewatkan pertandingan yang melibatkan Maria Kristin.

Seperti saat Maria, begitu atlet berparas manis itu dipanggil, berlaga di Olympiade Beijing, China. Saat melawan Zhang Ning di babak semifinal, Jumat (15/8/2008), Yuli bersama istrinya bermandi keringat di depan televisi.

Ia bersama keluarga dan beberapa teman Maria yang menyaksikan langsung di rumah kediaman mereka, awalnya tidak menyangka kalau pertandingannya siang hari.

Sebab, salah satu televisi yang menyiarkan olympiade sebelumnya menayangkan pidato kepresidenan memperingati HUT RI Ke-63.

Namun, saat selesai acara rapat paripurna di gedung DPRRI tersebut, pertandingan live Maria melawan jago gaek tuan rumah, Zhang Ning langsung dihelat.

Akhirnya, kebiasaan makan sebelum menyaksikan pertandingan Maria tidak dilakukan. Hal itulah yang membuat seluruh keluarga akan sulit menelan nasi atau makanan lain, setelah Maria bertanding.

Hal itu terbukti, disela-sela pertandingan berlangsung dan Maria tertinggal dari Zhang Ning, spot jantung terjadi dihampir seluruh ruangan. Walaupun perut terasa melilit, namun keluarga juga belum bisa makan sedikit pun.

"Hal itu biasa terjadi saat Maria bertanding. Walaupun menang, kami serasa tidak bisa menelan nasi atau makanan lain," tegas Yuli kepada beritajatim.com, yang ikut nonton bareng di rumah Maria.

Nonton bareng tersebut nampak serasa lebih emosional dibandingkan dengan nonton bareng yang lain. Sebab, dengan sepenuh hati keluarga Maria memberikan support dan mencurahkan semua doa, hanya demi kemenangan Maria.

Tetapi, akhirnya perjuangan Maria terhenti di perhelatan Olympiade Beijing dengan manis, walaupun takluk dari Zhang Ning.

Seperti biasa, adat kesulitan untuk mengisi perut yang keroncongan lagi-lagi harus diderita oleh keluarga Yuli. Bahkan, hingga menjelang mata hari terbenam, tanda hari akan beranjak malam, mereka juga mengaku belum makan sedari siang.

"Kami masih terharu dengan perjuangan Maria yang tak kenal lelah," tegas ibunda Maria sambil mengusap air matanya yang mulai meleleh.

Walaupun begitu, kondisi tersebut akan kembali normal jika suasana mulai mereda. Mereka juga akan langsung mengisi perut yang sejak pukul 12.00 WIB belum terisi sedikitpun makanan. [dul/kun]

Sabtu, 16/08/2008 13:30WIB

sumber:http://www.beritajatim.com/?url=http://ww w.beritajatim.com/index.php/tahun/2008/bulan/08/tgl/16/ idnews/f4f9e0871b6e148df95ce5c04ade3200&newsid=4846 3

Taufik Hidayat Telan Kekalahan Di Prancis Open SS

Dalam final turnamen Super Series Prancis Terbuka, Minggu malam WIB, Taufik Hidayat harus menelan kekalahan dari pebulutangkis asal Denmark Peter Gade. Taufik mengalami lecet pada kedua telapak kakinya hingga membuatnya tidak bisa tampil maksimal.

"Telapak kakiku kiri dan kanan lecet dan berdarah semua, sudah tidak bisa lari," katanya, menjawab pertanyaan mengenai skornya yang ketinggalan jauh pada game ketiga.

Pada final turnamen berhadiah 200.000 dolar AS tersebut, Taufik yang menjadi unggulan tujuh, kalah dari unggulan delapan Peter Gade 21-16, 17-21, 7-21.

"Tetapi dia juga mainnya lebih bagus kok," tambah Taufik, memuji lawannya yang pekan lalu juga menjuarai Denmark Terbuka.

Saat ditanya apakah ia dapat tampil di China Terbuka (18-23 November) setelah mengalami luka, Taufik mengatakan, "Bisalah mudah-mudahan. Tunggu disobek dan dikeluarkan darahnya," kata pebulutangkis peringkat 11 tersebut.

Pertemuan di Paris adalah pertemuan pertama dalam setahun terakhir setelah Taufik mengalahkan Peter di China Masters pada Juli tahun lalu.

Kemenangan tersebut juga memperbaiki rekor pertemuan Peter atas juara Olimpiade Athena itu menjadi 6-5.

Senin, 3 Nov 200811:06:26

sumber:http://www.an.tv/s/?sid=3&newsid =102054

Indonesia Menatap Piala Sudirman 2009

PEKAN lalu di Kantor PB PBSI, Senayan, Jakarta, Sekretaris Jenderal PB PBSI MF Siregar mengatakan, materi tim Indonesia untuk tim Sudirman 2009 seharusnya lebih kuat dibandingkan dengan tim Sudirman 2007.

Tokoh bulu tangkis yang biasa disapa dengan panggilan Opung itu memang tahu benar perkembangan prestasi pemain-pemain pelatnas Cipayung.

Opung menyebut nama Maria Kristin yang bisa diandalkan di tunggal putri, seiring dengan prestasinya yang cukup konsisten sejak menjadi finalis Indonesia Terbuka Super Series.

Tak hanya medali perunggu Olimpiade Beijing yang menjadi patokan, menurut Opung, Maria Kristin kini sudah bisa bersaing dengan pemain-pemain tangguh asal China yang menjadi peta kekuatan dunia untuk sektor tunggal putri.

Melanjutkan penilaian yang diberikan Opung, nomor ganda putra dan campuran juga masih bisa diandalkan untuk selalu menyumbangkan poin dalam kejuaraan yang akan digelar di Guangzhou, China, Mei tahun 2009 itu.

Di ganda putra tentu saja ada juara dunia dan olimpiade, Markis Kido/Hendra Setiawan.

Adapun di nomor ganda campuran, Nova Widianto/Liliyana Natsir masih bisa diandalkan, selain pasangan baru Muhammad Rijal/Vita Marissa yang membuat kejutan dengan menjuarai Jepang Terbuka Super Series pada penampilan perdana mereka.

Ada Sony

Pada sektor tunggal putra modal tim Indonesia ada di tangan Sony Dwi Kuncoro yang tengah on fire setelah tersingkir di perempat final Olimpiade Beijing.

Sony sudah bisa mempraktikkan taktik tidak terpancing tipe permainan lawan, termasuk melawan pemain-pemain China di negeri mereka sendiri.

Bao Chunlai dan Chen Jin dikalahkan Sony dengan tidak mengikuti pola permainan cepat lawan untuk meraih gelar China Terbuka, setelah pekan sebelumnya menjuarai Jepang Terbuka.

Dari lima nomor, ganda putri mungkin menjadi yang terlemah bagi Indonesia saat ini. Vita/Liliyana yang saat ini berperingkat ketujuh dunia memang bisa diandalkan.

Namun, salah satu dari mereka pasti harus bermain rangkap jika harus bermain di nomor ganda campuran.

Melihat kekuatan pemain-pemain Indonesia saat ini, partai final rasanya masih bisa dicapai. Tetapi, apakah penampilan yang mereka capai saat ini bisa dipertahankan hingga Mei 2009?

Seusai menjuarai China Super Series, melalui layanan pesan singkat (SMS) Sony bertekad ingin menjadi juara pada turnamen lain dengan level yang lebih besar.

”Biasa saja rasanya. Jadi, juara ini buat saya untuk lebih mematangkan mental lagi buat jadi juara dunia dan lain-lain,” komentar Sony.

Dengan pernyataannya tersebut, hal positif dari Sony setidaknya sudah terlihat. Pemain asal Surabaya ini sudah memiliki tekad untuk tampil lebih baik karena bersaing pada turnamen lebih besar tentu harus bisa bermain dengan lebih baik pula.

Cadangan

Tak hanya mempertahankan atau meningkatkan penampilan, bertanding dalam kejuaraan sebesar Piala Sudirman memerlukan materi pemain cadangan yang kekuatannya berimbang dengan pemain utama.

Hal ini diperlukan tidak hanya untuk jaga-jaga ada pemain yang cedera, tetapi bisa dibutuhkan untuk strategi terkait formasi variasi.

Di tunggal putra, Simon Santoso menjadi pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan Taufik Hidayat untuk mendampingi Sony.

Meski pengalaman Taufik lebih banyak dalam berbagai kejuaraan beregu namun, faktor usia tak bisa dimungkiri bakalmemengaruhi penampilan. Tahun 2009 Taufik akan memasuki usia 28 tahun.

Selain itu, mempersiapkan Simon untuk menjadi anggota tim Sudirman bisa berdampak untuk jangka panjang agar pemain asal klub Tangkas Alfamart Jakarta ini semakin matang untuk bisa tampil di Olimpiade 2012.

Memilih pemain muda sebagai pelapis juga bisa dilakukan di tunggal putri. Di nomor ini ada Pia Zebadiah yang sudah punya pengalaman menjadi anggota tim Uber 2008.

Mantan pemain Susy Susanti yang saat kejuaraan Piala Uber menjadi Manajer Tim Indonesia pernah mengatakan, mental Pia cukup tangguh untuk mengemban tugas berat dalam kejuaraan beregu. Hal ini pernah ditunjukkan adik dari Kido tersebut saat menjadi penentu lolosnya Indonesia ke final.

Pilihan untuk ganda putra sebenarnya lebih banyak. Selain Rian Sukmawan/Yonathan Suryatama Dasuki yang Agustus lalu kembali berlatih di pelatnas Cipayung, ada pula Joko Riyadi/Hendra Aprida Gunawan dan pasangan muda Muhammad Ahsan/Bona Septano yang baru-baru ini membuat kejutan dengan menjadi finalis Jepang Terbuka.

Tugas pelatih sekarang adalah menyiapkan mereka untuk tampil di kejuaraan beregu yang atmosfernya berbeda dengan turnamen individu.

Apalagi, mendapat satu angka dari ganda putra dari setiap lawan lebih sulit dibandingkan dengan nomor lain. Persaingannya merata di antara beberapa negara, seperti Korea Selatan yang punya Jung Jae-sung/Lee Yong-dae dan Lee Jae-jin/Hwang Ji-man.

Malaysia juga memiliki dua pasangan yang sama tangguhnya, yaitu Koo Kien Keat/Tan Boon Heong dan M Fairuzizuan/M Zakry. Selain itu, ada China, Denmark, dan Jepang yang juga sama-sama akan berusaha mendapat angka dari ganda putra.

Mematangkan pemain untuk tampil dalam sebuah tim juga harus dilakukan sektor ganda putri. Apalagi, nomor ini baru saja melahirkan ganda-ganda baru yang belum begitu teruji dalam kejuaraan internasional.

Prestasi terbaik Greysia Polii/Nitya Krishinda, yang sangat diharapkan bisa menjadi pelapis Vita/Liliyana, barulah mencapai babak perempat final di Jepang Terbuka.

Meski perubahan pasangan di ganda putri dilakukan untuk tujuan jangka panjang, akan lebih baik jika nomor ini juga menyumbangkan angka di tim Sudirman nanti.

Kejuaraan Piala Sudirman 2009 di Guangzhou, China, memang baru berlangsung Mei. Namun, mempersiapkan tim yang solid untuk menjadi juara dalam waktu delapan bulan bukan hal yang mudah.

Liiyana N. "ATLIT JUGA BUTUH HIBURAN"

KORAN TEMPO

Atlet gaul

"Cepetan dong, gue malu nih," sebuah suara perempuan terdengar

melengking di kompleks asrama pelatnas (pelatihan atlet nasional) PBSI

(Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) Cipayung, Jakarta Timur.

Dengan mata agak disipitkan, dahi berkerut, dan bibir agak cemberut,

dia terus berjalan sambil menenteng sepatu dan tas berisi raket. Sang

fotografer seakan tak peduli akan teriakan itu dan terus saja

menjepretkan kameranya.

"Senyum, dong," celetuk sang fotografer. "Ya Allah, senyum terus kayak

orang gila," timpal perempuan berkulit putih ini sembari terus

berjalan dengan langkah tegap bak tentara sedang berbaris.

Penampilannya memang jauh dari sosok yang akrab dengan kamera. Maklum,

ia memang bukan fotomodel. Yang ini, namanya Liliyana Natsir, salah

satu pemain bulu tangkis terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini.

Agustus lalu, cewek yang akrab disapa Butet ini berhasil mencatat

sejarah besar dalam dunia bulu tangkis Indonesia. Bersama seniornya,

Nova Widianto, ia berhasil menggondol gelar juara dunia ganda campuran

dalam Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Perseorangan di Amerika Serikat,

dengan mengalahkan pasangan China Xie Zhongbo/Zang Yawen.

Sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Bagaimana tidak. Butet dan

Nova sukses membawa kembali gelar juara dunia ganda campuran setelah

25 tahun melayang dari Indonesia. "Saya nggak menyangka bisa meraih

prestasi ini," ungkap dara kelahiran Manado, 9 September 1985, ini.

Butet mengaku masih tak percaya kalau kini ia termasuk di jajaran

pemain bulu tangkis papan atas. Soalnya, cewek yang rambutnya di-

highlight ini belum genap setahun berkiprah di dunia ganda campuran.

Walaupun sebelumnya ia memang pernah menyabet juara ganda campuran dan

tunggal putri nasional.

Uang dan nama besar telah diraihnya. Tak silau dengan semua itu, gadis

yang mengaku belum punya pacar ini berusaha keras menjaga agar

penampilannya tetap prima. "Jangan sampai prestasi ini membuat saya

terlena," kata cewek tomboi itu.

Menurut dia, prestasi yang dicapai tak lepas dari perjuangan yang

dilakoni sejak kecil. Begitu lulus sekolah dasar, bungsu dari dua

bersaudara ini memutuskan untuk masuk klub di Jakarta dan berpisah

dengan keluarganya di Manado. "Setiap hari kerjaan-nya nangis melulu,

inget keluarga," ujarnya mengenang masa lalu.

Kini dia tengah mempersiapkan diri guna menghadapi Kejuaraan Indonesia

Terbuka. Walaupun berlatih keras setiap hari, Butet tak lupa

melewatkan hari liburnya dengan berjalan-jalan dan bermain biliar

bersama rekan-rekannya seasrama. "Atlet juga butuh hiburan," kata

Butet sambil tertawa keras. DA CANDRANINGRUM

koran tempo 11 September 2005

Maraknya Kisah Cinta Sesama Pemain Bulu Tangkis

Senin, 19 Mei 2008,

Maraknya Kisah Cinta Sesama Pemain Bulu Tangkis

Dari Pengantin Olimpiade hingga Pasangan Juara Dunia

Witing trisna jalaran saka kulina. Demikian pepatah Jawa untuk menggambarkan kisah cinta yang tumbuh karena kebiasaan bertemu. Tidak hanya dimonopoli oleh suku Jawa, pebulu tangkis kelas dunia dari berbagai negara pun bisa terlibat dalam kisah cinta dengan dasar kulina itu.

FEMI D.-A. EFENDI, Jakarta

"I have a girlfriend also, her name is Wong Mew Choo". Demikian pengakuan tunggal pria terbaik Malaysia Lee Chong Wei yang dilansir dalam situs pribadinya. Juara Indonesia Terbuka 2007 itu terang-terangan mengakui bahwa Mew Choo adalah kekasihnya. Seperti halnya Chong Wei, Mew Choo adalah andalan Malaysia di nomor tunggal wanita.

Itu bukan kisah cinta pertama antarpebulu tangkis. Jauh sebelumnya, pada 1992, kisah cinta yang lebih dramatis terajut di Olimpiade Barcelona. Alan Budikusuma dan Susy Susanti berhasil mengawinkan emas tunggal pria dan wanita. Mereka lantas dikenal sebagai pengantin Olimpiade.

Kisah cinta itu tidak berhenti di lapangan saja. Mereka melanggengkan hubungan tersebut di altar pernikahan pada 9 Februari 1997. "Sudah terlalu lama pacaran, apa lagi kalau bukan menikah," kenang Susy.

Susy yang kini menjadi manajer Tim Uber Indonesia itu tidak menampik anggapan bahwa kisah cintanya berawal dari kerapnya pertemuan di pelatnas dengan Alan.

Di belahan dunia lain, dari Asia Timur, kisah cinta dua insan bulu tangkis terjalin di Korea Selatan (Korsel). Pelatih Timnas Korsel Ra Kyung Ming beristri Kim Dong Moon. Sebelumnya, mereka adalah pasangan di ganda campuran.

Dengan teknologi informasi yang kian maju, pebulu tangkis pelatnas sejatinya bisa memiliki pandangan luas. Jadwal ketat latihan selama enam hari dalam sepekan seharusnya tidak membuat pergaulan mereka terbatas antarsesama pemain pelatnas saja.

Namun, hal itu tidak mematikan munculnya kisah cinta lokasi. Kedekatan dan perasaan senasib membuat banyak kisah cinta terajut di karpet hijau.

Di Pelatnas PB PBSI Cipayung saja, ada beberapa hubungan spesial antarpemain. Maria Kristin Yulianti dikabarkan pernah menjalin asmara dengan Simon Santoso. Namun, keduanya telah putus kini.

Kisah cinta Maria dengan Simon masih menyisakan cerita. Hal tersebut terjadi ketika Indonesia menjadi runner-up Piala Sudirman 2007. Kala itu, Maria harus menghadapi tunggal Inggris Tracey Hallam pada babak semifinal di Glasgow, Skotlandia. Ketika itu, tim Indonesia miskin suporter.

Sewaktu Maria bertanding, Simon mulai mengetuk-ngetukkan botol kosong ke bangku. Tindakan Simon tersebut diikuti oleh pemain Indonesia lain untuk membuat suasana menjadi meriah. "Itu kisah lama," kilah Simon.

Sewaktu Tim Uber bertanding pada semifinal Kamis (15/5), Tommy Sugiarto yang menjadi tunggal keempat Tim Thomas turut hadir meski malam berikutnya harus melawan Korsel. Kabarnya, dia sedang memadu kasih dengan tunggal wanita ketiga Indonesia Pia Zebadiah. Keduanya memang enggan mengakui. Tetapi, Markis Kido, kakak kandung Pia, mengiyakan kenyataan tersebut. "Mereka memang pacaran," ungkapnya.

Kedekatan Tommy dan Pia terlihat saat Djumharbey Anwar meninggal pada Maret lalu. Tommy mendampingi Pia setelah pemakaman usai, bahkan hingga para pelayat lain meninggalkan lokasi.

Kisah cinta lain yang tak kalah menarik terjadi antara pemain ranking satu dunia Lin Dan dengan Xie Xingfang. Keduanya mencetak prestasi romantis saat bersama-sama menjadi juara dunia 2006.

Bahkan, Xingfang sangat melindungi Lin Dan. Hal tersebut terbukti saat Lin Dan dihina oleh fans Taufik Hidayat pada Asian Games 2006 Doha, Qatar. Waktu itu, Xingfang langsung membalas dengan mengatakan bahwa Taufik adalah pemain sombong. Keduanya malah kerap saling mencuri pandang dan membagi senyum saat berlatih maupun bertanding. (ang)